Minggu, 30 Oktober 2022

KISAH PETUGAS LAPANGAN PENGHIJAUAN LAHAN KRITIS DI GUNUNGKIDUL


Lambang Gunungkidul


Episode 1


_Luas lahan kritis di luar kawasan 30.000 ha lebih mendominasi zona gunung sewu yang tinggal batu bertanah_


Oleh : Kiswanto*


_Zona gunung sewu ( selatan ) merupakan wilayah paling kritis dan rusak berat karena tinggal batu bertanah_


Gunungkidul era 1960 - 1970 an terkenal kering,gersang , tandus dan gundul.


Kondisi Lahan kritis Zona Gunung sewu



Luas lahan kritis diluar kawasan hutan saat itu mencapai lebih dari 30.000 hektar 


Dampak terburuk yang pernah terjadi yakni penduduk kekurangan pangan sehingga menyebabkan penyakit  hongerudim ( HO ) / busung lapar.

Darmakoem Darmokoesoemo


Bupati Gunungkidul kala itu Pak Darmakum Darmokusumo merupakan putra daerah yang bergelar Insinyur Kehutanan memiliki semangat luar biasa untuk merubah stigma negatif tersebut dengan gerakan penghijauan dan reboisasi.


Mengingat perilaku masyarakat terhadap penghijauan masih sangat kurang sehingga berbagai upaya penanaman belum berhasil sebagaimana yang diharapkan.


Salah satu upaya penghijauan masif yang dilakukan Pak Darmakum adalah dengan menyebarkan benih lamtoro Sabrang dari Helikopter dengan sasaran lahan kritis pegunungan Sewu.


Mengingat tingkat erosi pada pegunungan zona selatan sudah sangat parah sehingga sering disebut batu bertanah maka tingkat keberhasilan penghijauan sangat rendah.


Hal tersebut diperparah dengan sering terjadi musim kemarau panjang sehingga tanaman yang baru saja tumbuh akan mengalami kekeringan dan mati.


Akhirnya pada tahun 1977 lahirlah Inpres Bantuan Penghijauan skala nasional yang merupakan program lingkungan hidup untuk penyelamatan hutan tanah dan air ( PHTA ) dengan sasaran lahan kritis diluar kawasan hutan negara.


Inpres Bantuan penghijauan dilaksanakan dengan sistem keproyekan dari tahun ke tahun dan Gunungkidul merupakan sasaran prioritas.


Proyek Penghijauan pada hakekatnya merupakan upaya penyuluhan bidang Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah ( RLKT ) dengan fisik kegiatannya sebagai alat peraga yang pelaksanaan dilakukan oleh petani.


Tujuan penyuluhan RLKT sejatinya adalah merubah perilaku petani dari tidak tahu, tidak mau dan tidak mampu menjadi tahu mau dan mampu setelah menyadari akan arti pentingnya penghijauan.


Perilaku dimaksud adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan ( PSK )  petani.


PLP Ujung tombak Proyek Penghijauan


Dengan demikian untuk pelaksanaan proyek Bantuan Penghijauan perlu ada petugas lapangan penghijauan ( PLP ) berperan sebagai penyuluh , dan pembina teknis,PLP merupakan ujung tombak Proyek Penghijauan, kepanjangan tangan dari Ditjen Kehutanan, sedangkan petani yang terhimpun dalam kelompok tani penghijauan sebagai sasaran utama. 


Mulai tahun 1977  - 1990 an jenis kegiatan proyek Bantuan Penghijauan yang utama adalah penanaman bibit pohon kayu-kayuan / tanaman keras.


Jenis tanaman tersebut diutamakan dan dipilih tanaman pioneer yang mampu tumbuh dan hidup dilahan kritis diantaranya accasia auriculiformis , jati , mahoni , mete , glireside , kaliandra dan sonokeling.


Standar teknis penanaman pohon penghijauan satu hektar 400 batang , dengan jarak tanam 5 x 5 meter.


Petani yang terhimpun dalam kelompok tani penghijauan diberikan insentif berupa uang untuk pembuatan ajir , lubang tanam, bantuan pertemuan dan bibit tanaman secara gratis serta bimbingan teknis,administrasi dan penyuluhan oleh PLP.


Pada awalnya  proyek Bantuan Penghijauan pemimpin proyeknya adalah Bupati  kemudian kepala Dinas Pertanian akhirnya turun pada pejabat di Dinas Pertanian kabupaten Gunungkidul.


Baru setelah Departemen Kehutanan terbentuk tahun 1983 beberapa tahun kemudian proyek ditangani pejabat Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah ( PKT ) kabupaten Gunungkidul sebagai embrio terbentuknya Dinas Kehutanan dan Perkebunan di era otonomi daerah.


( _bersambung episode 2_)


* Penulis 


Kiswanto



- PLP/ Penyuluh Kehutanan Kabupaten Gunungkidul 1978-1999

- Pejabat Struktural di Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan,dan Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura , 2000-2009

- Kabid Perekonomian Bappeda 2010-2012.

- Pegiat dan Pemerhati Lingkungan Hidup 2012-sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar