Masjid Eyang Banyu Anyar |
Kadilajo ~ Masjid Eyang Banyu Anyar di dukuh Grenjeng tepatnya di RT 16 RW 06 merupakan masjid terkini di desa Kadilajo , kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten.
Dibangun tahun 2019 sebelum pandemi covid 19 diatas tanah wakaf keluarga Mbah Mangun Sukarto Grenjeng dengan menggunakan anggaran sebesar Rp 300.202.900,00 ( tiga ratus juta dua ratus dua ribu sembilan ratus rupiah ) dihimpun dari donatur dan swadaya masyarakat demikian penuturan Sujar pada KKK.
Nama Masjid Eyang Banyu Anyar
Pemberian nama masjid ini disepakati saat awal diadakannya pertemuan sejumlah tokoh masyarakat setempat untuk merencanakan pembangunan sebuah rumah ibadah yang representatif.
Kronologinya sebagaimana diceritakan Maryadi :
Sebelum memulai pembangunan masjid itu berkumpul beberapa orang untuk membahas rencana pembangunan masjid, salah satu yang jadi bagian bahan pembahasan adalah nama masjid.
Ada beberapa usulan nama termasuk nama Eyang Banyu Anyar.
Singkat cerita dari beberapa pertimbangan yang hadir dalam pertemuan itu sepakat nama Eyang Banyu Anyar, alasan yang saya tangkap dan sebisa saya pahami nama itu dipilih utk mengabadikan nama cikal bakal dukuh grenjeng Eyang Banyu Anyar.
Kedua ada alasan juga karena di Grenjeng sudah ada Mushola bernama Al Ikhlas yg lebih dulu ada.
Makna kata banyu anyar ( dimaknai air baru) makanya masjid yg baru diberi nama Eyang Banyu Anyar dianggap pas dengan keadaan dan dibarengi dengan komitmen menjadikan kedua-duanya tempat beribadah dan kegiatan keagamaan Islam.
Itu saja yang saya tangkap dan pahami , demikian penuturan warga Grenjeng tersebut.
Menurut peta kuno buatan Belanda tahun 1920 an , di dk Grenjeng ada tanda bahwa disitu terdapat makam kuno yang disemayamkan adalah tokoh beragama Islam.
Menurut Maryadi kuburan kuno tersebut berada di TPU Krapyak diyakini adalah makam Eyang Banyu Anyar sebagai cikal bakal berdirinya dk Grenjeng.
Kuburannya menjadi satu Cungkup dengan Eyang Anti Dinomo , sedangkan isterinya dimakamkan di TPU Krajan desa Banyuaeng kecamatan Karangnongko.
Bahkan kuburan kuno di pemakaman Krapyak diduga lebih tua dibandingkan makam Eyang Dampu Awang yang berada di pekuburan Gereh yang diperkirakan tahun 1776 M dan diyakini sebagai cikal bakal dk Gereh.
Menurut Minardi Tim Napak Tilas P Diponegoro di Gereh ada kuburan kuno seorang tokoh beragama Islam yang tercantum dalam peta Belanda 1920 an, diduga kuburan Dampu Awang yakni semacam nahkoda kapal katanya pada KKK.
Barangkali ada kaitannya dengan kuburan kuno di TPU Dk Kadilajo disana juga terpetakan ada makam kuno tokoh beragama Islam, ditemukan satu nisan yang bergambar bulan sabit, burung dan ikan.
Menurut ahli nisan gambar burung dan ikan itu lazimnya merupakan kuburan pesisiran Utara para pengikut Sunan Drajat , imbuh Minardi.
Dirangkum dari berbagai sumber
By@kiss
Tidak ada komentar:
Posting Komentar