Pohon Gayam |
Wilayah Desa Kadilajo Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten sejak zaman dahulu dikenal memiliki keanekaragaman hayati terdiri dari aneka macam spesies tanaman.
Aneka jenis tanaman tersebut diantaranya manggis, mangga, kepundung, duwet , lerak, jengkol, rambutan, nangka, kokosan, jambu biji, jambu air, pijetan , mindi , bledrek , doya , preh , duren, ploso , janti , sengon , asem , cemblirit, gayam , wuni , tanjung , gempol , bambu ,kelapa, pete, bambu, pucung, sukun, kluwih, bulu, ipik, sengon, jeruk ,nangka sabrang ,kayu putih, kopi, kemuning, sentul, kenari , salam , mundu, randu , kapas , pule, dlsb.
Mengingat secara geografis Desa Kadilajo merupakan batas horizontal antara daerah lahan kering DAS lereng gunung Merapi dengan lahan pertanian sawah didaerah bawah sehingga merupakan tempat dimana mata air bermunculan.
Karena kondisi inilah barangkali menjadikan kecintaan nenek moyang terhadap lingkungan hidup terutama menyangkut flora yang tumbuh disekitarnya.
Kecintaan terhadap pepohonan sebagai sumber kehidupan, sehingga menjadikan nama-nama pepohonan sebagai penanda suatu tempat tertentu merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat.
Tempat-tempat penting yang didekatnya tumbuh pohon besar dan atau banyak tersebut diantaranya sumber air ( kali ) , dusun , bendungan , jembatan dan lain sebagainya.
Penanda lokasi dengan nama pohon tersebut seperti pada :
1. Sumber air ( Kali )
Pohon Tanjung |
Kali Tanjung, kali Wuni , kali Lerak , kali Pule, kali Dadap , kali Madoh , kali Pakel , kali Petung, kali Janti ,kali Nangka dan kali Sentul.
Pohon Lerak |
2. Bendungan
Di dekat bendungan irigasi sederhana itu tumbuh pohon asem Jawa yang besar dan rindang, sehingga bendungan tersebut di beri tetenger ' Ngasem '.
Lokasinya berada di kali Gedhe sebelah barat dukuh Gempol ( sekarang Polanharjo ).
Dan setelah dibangun bendungan permanen didekat jembatan Gayamsewu kemudian diberikan tetenger alias nama Dam Ngasem-Gayamsewu.
3. Jembatan
Jembatan Gayamsewu, merupakan jembatan terpanjang peninggalan zaman kolonial Belanda berada di atas Kali Gedhe menghubungkan kecamatan Manisrenggo, Kemalang dan Karangnongko pada jalan kabupaten.
Disekitar jembatan ini dahulu tumbuh banyak pohon gayam.
4. Dukuh
Sejumlah Dukuh atau dusun didesa Kadilajo menggunakan nama pohon , karena disana ditemukan pohon yang dominan dan atau spesifik.
Diantaranya dukuh Gempol, dukuh Plosorejo, dukuh Jatirejo , dukuh Potro, dukuh Kalikajar, dan dukuh Karangeri.
5. Tempat lainnya
Pertigaan Selatan Jembatan Gayamsewu dahulu dikenal dengan sebutan Bledrek, karena disitu tumbuh pohon bledrek yang cukup besar.
Dan saluran irigasi sekitar 300 meter sebelah timur pintu air Dam Gayamsewu dikenal dengan sebutan selokan Doya karena disitu tumbuh pohon Doya yang terkenal wingit.
Di dukuh Kadilajo ada penyebutan tempat yang sangat familiar yakni Mblimbing dan Pelem gedhe.
Disebut Blimbing karena didepan rumah mbah Partowihardjo selaku tokoh masyarakat rumahnya posisinya berada di tengah RT 02 ,memiliki pendopo serta halamannya cukup luas sehingga sering digunakan untuk berbagai macam kegiatan sosial kemasyarakatan disitu tumbuh pohon belimbing yang cukup besar.
Demikian pula Pelem gedhe didepan rumah salah seorang warga RT 02 tumbuh pohon pelem ( mangga ) besar dan doyong halamannya cukup luas sehingga sering untuk kegiatan warga masyarakat, di pelem gedhe orang tentu sudah paham disitu rumahnya siapa kalau bukan Pak Wito Gundhul.
Nenek moyang orang Desa Kadilajo yang memiliki etos kerja yang baik, pekerja keras dan suka nglajo dalam menuntut ilmu serta mencari nafkah ternyata juga sangat peduli terhadap pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Dengan memilih penanda tempat- tempat penting dan strategis dengan nama pepohonan merupakan pengejawantahan kecintaan , kepedulian serta kesadaran mereka untuk menjaga keserasian dengan alam sekitar serta keseimbangan lingkungan hidupnya.
Namun demikian tidak semua warga masyarakat peduli dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup demi kepentingan mereka sendiri, sehingga dengan aji mumpung seenaknya mengekploitasi sumberdaya alam demi kepentingan sesaat dan jangka pendek.
Pohon Pule |
Aneka keragaman hayati utamanya flora telah banyak yang hilang bahkan punah di bumi yang subur makmur gemah Ripah loh jinawi itu.
Sekarang generasi penerus hendaknya bisa belajar dari pengalaman serta kearifan lokal nenek moyangnya dahulu sehingga dapat berperilaku ikut Memayu Hayuning Bawana
Yakni suka menanam, memelihara dan melestarikan pepohonan hingga mendatangkan kemanfaatan bagi kehidupan kini dan masa yang akan datang.
By @kiss
Tidak ada komentar:
Posting Komentar