Tugas Perdana 1978 di Kecamatan Panggang |
Episode 2
_Beratnya orientasi dan adaptasi PLP dengan lingkungan alam Gunungkidul_
Oleh : Kiswanto*
Alumni Wanagama 1 |
Saya setelah lulus dari kawah candradimuka Wanagama 1 Fakultas Kehutanan UGM menjadi Petugas Lapangan Penghijauan ( PLP ) yang ditugaskan di kecamatan Panggang - Gunungkidul DIY pada saat itu ( 1978 ) memang bukan merupakan pilihan yang enak , tetapi sangatlah berat dan berat.
PLP yang bertugas diwilayah zona Ledok Wonosari dan pegunungan Batur Agung dinilai lebih beruntung nasibnya.
Wilayah Gunungkidul bagian selatan salah satunya kecamatan Panggang memiliki karakteristik tersendiri bentang alamnya terdiri dari ribuan bukit karst atau kapur sehingga disebut zona pegunungan Sewu.
Seperti Candi |
Ribuan bukit tersebut kondisinya sangat memprihatinkan karena gundul, kering dan gersang terlihat dominan bebatuan berwarna hitam ( mirip candi ) dengan solum tanah yang minimalis sehingga lazim disebut batu bertanah.
Sebagian besar kemiringan bukit lebih dari 45 % dan belum berteras secara baik sehingga lahan tersebut dikategorikan sebagai lahan sangat kritis.
Di cekungan antara bukit biasanya memiliki lapisan tanah olah yang cukup tebal merupakan sedimentasi dari erosi tanah lereng bukit dan digunakan untuk budidaya tanaman semusim.
Puluhan ribu hektar lahan kritis diluar kawasan hutan negara yang sebagian besar berada di zona pegunungan Sewu inilah yang menjadi sasaran proyek Bantuan Penghijauan.
Mengingat jarak rumah dengan tempat kerja jauh dan tidak mungkin nglajo maka saya mondok di rumah Mbah Mento warga padukuhan Kadisobo, Desa Girimulyo, kecamatan Panggang.
Tujuan lain kos di dekat tempat kerja adalah agar bisa manjing ajur ajer dengan masyarakat petani sasaran penghijauan dengan demikian akan mempercepat proses alih teknologi untuk perubahan perilaku.
Tahap awal untuk memulai orientasi lapangan dibutuhkan waktu dan tenaga ekstra karena medan yang berat , akses jalan provinsi, kabupaten ,desa dan lingkungan jelek belum beraspal dan suhu yang sangat panas karena minimnya pepohonan dan PLN belum masuk desa.
Sumber air utama untuk keperluan minum, masak , mandi dan mencuci adalah air telaga ada sebagian yang menampung air hujan.
Termasuk untuk kebutuhan budidaya ternak besar sapi lazimnya diguyang di telaga.
Adaptasi terkait air inilah yang cukup berat pada mulanya sebagai contoh air minum berasal dari telaga yang dijernihkan dengan tawas rasanya berbeda dengan air dari mata air yang mengalir.
Demikian pula pembiasaan BAB dengan kakus cemplung sistem garingan alias tanpa air setetespun yang berada di kebun belakang rumah.
Tidak kalah heboh terkait dengan cara mandi di telaga warga masyarakat kebiasaannya mandi pagi dan sore hari secara bersamaan antara laki-laki dan perempuan tetapi lokasinya agak berjauhan tanpa sekat dan penutup.
Mandi bersama di Telaga |
Khususnya bagi kaum pria lepas pakaian dan ditaruh diatas batu kemudian berjalan menuju genangan air telaga yang keruh dengan cara " sorgem " ( ngisor digegem ) .
Nah momen inilah yang rasanya paling sulit untuk saya lakukan , ada rasa malu yang hebat karena selama ini belum pernah dan tidak lazim melakukannya.
Akhirnya hingga beberapa hari saya mandi tidak sehari dua kali di telaga tetapi cukup sekali saat hujan turun malam hari dibawah grojogan air terjun dari talang rumah pondokan yang tanpa penutup.
Permasalahannya dirumah pondokan tidak ada stok air untuk mandi tetapi khusus untuk cadangan air minum karena jarak menuju telaga cukup jauh.
Apesnya jika malam hari tidak ada hujan ya terpaksa tidak mandi sementara mandi di telaga secara bersama-sama belum punya nyali.
Lama kelamaan tidak betah juga menahan " puasa mandi" jika tak ada mukjizat hujan turun malam hari, akhirnya ya sudah terpaksa harus nekat mandi secara basahan di telaga Legundi bersama warga laki-laki , perempuan tak ketinggalan ternak sapi petani.
Akhirnya akibat dipaksa , terpaksa dan lama kelamaan menjadi biasa.
Pak Soetojo Camat Panggang merupakan pejabat kepala wilayah yang bertanggung jawab atas keberhasilan proyek Penghijauan yang waktu Pemimpin Proyeknya Pak Darmakum Darmokusumo Bupati Gunungkidul.
Semangat untuk menggerakkan masyarakat petani yang terlibat dalam proyek Penghijauan sangat luar biasa.
Saya ingat betul waktu itu bulan Ramadhan dalam keadaan puasa semua aparat kecamatan diminta ikut gerakan menanam bibit pohon penghijauan saat itu dominan jenis Accasia auriculiformis di suatu lokasi bukit gundul di Desa Giricahyo dan Desa lainnya.Hal demikian berulang kali dilakukan dengan tujuan rehabilitasi lahan kritis dapat berhasil sehingga lahan gundul segera hijau kembali.
Pak Soetojo terkenal keras dan disiplin saat Kecamatan Panggang ditunjuk sebagai tuan rumah peringatan Pekan Penghijauan Nasional ( PPN ) tingkat kabupaten yang ke 20 , Desember 1980 di desa Girisekar beliau mengatakan " Saudara - saudara PLP walaupun tugas yang dibebankan kepada saudara merupakan pekerjaan yang berat dan tidak mudah namun itu merupakan tugas yang amat sangat mulia.
Maka laksanakan dengan baik dan bertanggung jawab saya katakan jika kelak lahan kritis di Kecamatan Panggang ini khususnya dan Gunungkidul umumnya telah berhasil menjadi Ijo royo royo walaupun seandainya kalian sudah tidak ada disini lagi pasti saudara akan ikut senang dan bangga mendengarkannya karena mempunyai kenangan dulu pernah ikut serta berjuang melawan kemiskinan dan kritisnya lahan itu "
Termotivasi Pak Camat Panggang |
Kata-kata yang dirangkai sedemikian rupa pada saat itu menjadi motivasi kami selaku PLP walaupun juga terbersit pikiran tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk merubah lahan kritis itu menjadi hutan rakyat yang Ijo royo royo dan lestari.
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam penghijauan lahan kritis, persoalan teknis dan faktor alam terutama kekeringan sering menjadi penyebab utama belum berhasilnya penanaman bibit penghijauan.
Bibit tanaman penghijauan untuk lahan kritis zona selatan sebagian besar jenis Accasia auriculiformis sebagai salah satu pohon pionir . Bibit tersebut disemaikan didalam polibag untuk menjamin keberhasilan penanaman dilokasi.Persoalanya karena untuk membawa bibit polibag keatas bukit berat dan sulit seringkali bibit dicabut dari polibag hal ini menyebabkan bibit kering dan mati.
Faktor penting penentu keberhasilan penghijauan lainnya adalah ketepatan waktu droping bibit tanaman saat musim hujan tengah berlangsung.
Setelah berjalan beberapa bulan di kecamatan Panggang akhirnya saya bisa menyesuaikan diri dan semakin mengenal karakteristik wilayah kerja hal ini kian mempertebal optimisme keberhasilan penghijauan kedepan.
Wilayah kecamatan Panggang dengan 11 Desa banyak terdapat telaga sebagai sumber air untuk mencukupi kebutuhan hidup warga masyarakat dan untuk pertanian.
Disamping itu juga ditemukan sejumlah goa dan sungai bawah tanah dengan debit air jernihnya cukup besar.
Pengalaman pertama saya masuk ke dalam goa dan melihat sungai bawah tanah adalah ketika survei calon lokasi penghijauan di padukan Gebang ,Desa Girisuko saya diajak Pak Lurah Kalam HS dan Pak Dukuh masuk ke dalamnya pada siang hari dengan membawa alat penerangan senter.
Juga disuguhi makan siang dengan sayur lombok ijo yang super pedas tetapi terpaksa saya habiskan takut menyinggung perasaan kendati akhirnya sakit perut.
Pengalaman yang tidak dapat dilupakan di Panggang saat sambil mengenal wilayah kami bersama seorang teman PLP berburu kalong di goa Cemplong desa Giricahyo tidak dapat kalong tetapi ketakutan luar biasa karena ribuan kalong sepertinya marah dan tebang rendah di atas kami sambil mengeluarkan suara keras.
Wanagama dan CB Gelatik kesayangan |
Dan saat sore hari pulang Penyuluhan dari padukuhan Temuireng Desa Girisuko dengan mengendarai motor CB Gelatik ditengah hutan dihadang oleh seekor harimau karena ketakutan akhirnya saya kembali ke lokasi pertemuan semula dengan hati berdebar dan selamat.
Sejumlah kisah menarik di Panggang masih tersisa , tunggu episode selanjutnya
( bersambung episode 3 )
* Penulis
Kiswanto bersama kelompok masyarakat |
- PLP/ Penyuluh Kehutanan Kabupaten Gunungkidul 1978-1999
- Pejabat Struktural di Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura 2000-2009
- Kabid Perekonomian Bappeda 2010-2012
- Pegiat & Pemerhati Lingkungan Hidup 2012 sd sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar