Thropy Juara I Nasional Pidato Penyuluh Kehutanan |
Episode 4
_Petugas Lapangan digiring menjadi penyuluh polyvalen yang mumpuni dan berprestasi_
Oleh : Kiswanto*
Setelah mengalami gemblengan hebat di kawah candradimuka kecamatan Panggang kurun waktu 1978 - 1981 dan dipandang cukup Bupati Gunungkidul mempertimbangkan saya dipindahtugaskan menjadi PLP kecamatan Ngawen terhitung mulai Juni 1981.
Desa Sambirejo salah satu wilker saya |
Wilayah kerja binaan saya adalah desa Jurangjero kadesnya Sastrosugito dan desa Sambirejo Wahono kepala desanya.
Wilayah kecamatan Ngawen kondisi alam lingkungannya jauh berbeda dengan zona pegunungan sewu yang sangat kritis.
Agenda Rapat Penghijauan di Kec Ngawen |
Camat Ngawen pada waktu itu adalah Karino selaku Pinlak Proyek Bantuan Penghijauan dan Wasimin Mantri Tani selaku bendahara proyek.
Zona Batur Agung ( Utara ) solum tanah masih relatif tebal untuk budidaya pertanian , ketersediaan sumber air dari sungai atau sumur gali dan tingkat kekritisan pada lereng bukit tidak separah zona selatan Gunungkidul.
Senang di Kec Ngawen 1981 |
Dengan demikian perasaan hati menjadi sangat girang , tentu sebaliknya jika PLP dari kecamatan zona utara dimutasi ke zona pegunungan sewu, sedih ...dan nangis.
Kepala P3 RP DAS Gunungkidul DIY merupakan sosok pemimpin yang memperhatikan anak buah selaku petugas lapangan yang berhadapan langsung dengan para petani penghijauan.Beliau juga sangat concern terhadap kegiatan penghijauan sehingga tidak segan-segan turun kelapangan dan bertemu dengan para petani secara langsung.
Dengan demikian nama Yudastowo Mangunsarkoro sangat familiar bagi petani penghijauan di Gunungkidul kalau itu.
Dalam suatu rapat dinas di kantor P3 RP DAS Gunungkidul Jl Argolubang 19 Yogyakarta yang dihadiri semua PLP Daerah Istimewa Yogyakarta beliau mengatakan " Tugas saudara-saudara sebagai PLP memang tidak ringan tetapi juga merupakan tugas penting dan mulia karena membantu masyarakat miskin yang berada di hulu dan pelosok dengan proyek Inpres bantuan penghijauan.
Oleh karena itu saya ingin PLP menjadi petugas lapangan yang mumpuni dan tahu berbagai ilmu pertanian dalam arti luas sehingga tidak terpaku hanya tahu tentang penghijauan saja".
PLP harus mengerti budidaya perikanan, budidaya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan , peternakan dan lain sebagainya.
" Jangan sampai kalau ditanya petani dilapangan tentang permasalahan selain penghijauan lalu dijawab maaf pak saya Ini PLP tidak tahu, jadi ketemu saja dengan petugas yang berkompeten..."
Terus terang saya kagum dengan pemikiran beliau demi keberhasilan tugas PLP dilapangan untuk kegiatan penghijauan tetapi tidak ego sektoral dan sangat peduli dengan petani miskin diperdesaan.
Dan untuk mewujudkan cita-cita itu P3 RP DAS Gunungkidul DIY bekerjasama dengan Fakultas Psikologi UGM untuk mengetahui seberapa jauh IQ para PLP dan hasil tes psikologi ini dirahasiakan oleh P3 RP DAS Gunungkidul DIY.
Bagi PLP yang memiliki kecerdasan tinggi dan diatas rerata akan menjadi prioritas utama diikutsertakan dalam berbagai macam Diklat kedinasan untuk membekali PLP menjadi Petugas Penyuluh " polyvalen " dan mumpuni.
Sementara saya di kecamatan Ngawen memiliki wilayah kerja Desa Jurangjero dan Sambirejo dengan kegiatan Pembuatan tanaman masing masing seluas 25 hektar.Atas dasar pengalaman di kecamatan Panggang yang kondisinya lebih berat maka pelaksanaan kegiatan di Ngawen nyaris tidak ada masalah apalagi gagal proyek penghijauan saat dievaluasi.
Salah satu diklat PMP |
Barangkali apa yang dikatakan Pak Yudastowo Mangunsarkoro betul-betul diimplementasikan dan saya ditujuk untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan diantaranya petugas lapangan percontohan Unit Percontohan Usaha Pelestarian Sumberdaya Alam ( UP UPSA ) 1982 , Dasar- dasar Penyuluhan 1983 , pembiakan Curinus Coeruleus M 1987, pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat, PMP dan PKS serta Diklat lainnya, namun demikian hingga kini belum terjawab berapa angka IQ saya saat itu.
Unit Percontohan UPSA |
Sementara kelembagaan di pusat ada perubahan yakni dibentuknya Departemen Kehutanan ( 1983 ) terpisah dengan Departemen Pertanian.
Dengan demikian P3 RP DAS dihilangkan dan untuk mengurusi penghijauan dibentuk Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah ( SB RLKT ) Opak Progo dengan wilayah kerja DIY ditambah kabupaten Magelang dan Temanggung provinsi Jawa Tengah.
Penulis bersama Suroto Dwijo Pranoto |
Kepala Sub BRLKT Opak Progo pertama kali adalah Suroto Dwijo Pranoto.Pengangkatan PLP menjadi CPNS pusat sudah dilakukan sejak tahun 1981 an dengan NIP 08 karena masih dibawah Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Pengucapan sumpah PNS NIP 71 |
Setelah berdirinya Departemen Kehutanan pengangkatan PLP dan/ staf Sub BRLKT Opak Progo menjadi CPNS mulai dilakukan pada tahun 1986 dengan NIP 71.
Perubahan kelembagaan di pusat berdampak hingga didaerah.Mulai tahun 1990 PLP yang memenuhi persyaratan ditunjuk sebagai koordinator setingkat Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP ) dengan sebutan Petugas Madya Penghijauan ( PMP ) dan 1991 ada koordinator PLP tingkat kabupaten Gunungkidul dengan sebutan Penyuluh Kehutanan Spesialis ( PKS ).
Tahun 1991 saya di alihtugaskan menjadi PMP di kecamatan Patuk dan juga ditunjuk sebagai duta provinsi DIY mengikuti peringatan hari pangan sedunia ( HPS ) ke 11 di kabupaten Karawang Jawa Barat dan berpeluang ikut temu wicara dengan Presiden RI kedua Soeharto jika memenuhi persyaratan tertentu.
HPS XI di Karawang 1991 |
Karena tema HPS saat itu adalah Tree for Life sehingga aparat kehutanan dan mitra kerjanya menjadi peserta utamanya.
Kelompok Pelestari Sumberdaya Alam ( KPSA ) Gunungkidul merupakan organisasi kemasyarakatan yang bergerak dibidang kehutanan dan lingkungan hidup sehingga menjadi mitra pemerintah dalam kegiatan RLKT ketuanya Pak Sukar Ponjong ikut serta dalam acara tersebut.
Kepala Kanwil Departemen Kehutanan DIY Dradjad Soepomo berpesan agar duta dari Jogjakarta membawa nama baik dan diusahakan tampil terbaik dalam acara temu wicara dengan Presiden RI.
Amanah yang berat sebenarnya untuk bersaing dari 150 peserta seluruh Indonesia hanya dipilih 40 orang terbaik sehingga layak ikut temu wicara dengan orang nomor satu di Republik ini.
Alhamdulillah saya bisa lolos masuk 40 orang terbaik sehingga berhak ikut temu wicara dengan Pak Harto.
Bangga dan senang rasanya karena menjadi duta DIY seorang penyuluh kehutanan dari Gunungkidul mampu bersaing dan menunjukkan kebolehan dan prestasinya.
Ketika di depan audiens saya memperkenalkan diri penyuluh kehutanan dari Gunungkidul Yogyakarta seperti terhipnotis mereka serentak memandang cah Gunungkidul hingga selesai saya cerita tentang keberhasilan penghijauan lahan kritis di Gunungkidul , mereka terkesima.
Tahun 1992 saya mendapatkan amanah untuk menduduki kursi PKS kabupaten Gunungkidul dengan berkantor di Cabang SBRLKT Opak Progo Wonosari setelah sejenak merangkap jadi PMP di BPP Suluh Agung Bandung Kecamatan Playen Gunungkidul.
Guna meningkatkan kapasitas SDM PLP / Penyuluh Kehutanan disamping mengikuti berbagai jenis diklat kedinasan kami juga mengadakan studi banding ke berbagai daerah yang dinilai berhasil dalam kegiatan RLKT .
Dengan studi banding diharapkan pengetahuan , dan pengalamannya bertambah sehingga bewawasan luas dalam melaksanakan tugas dilapangan.
Studi Banding ke Pangandaran |
Kegiatan ini diselenggarakan setiap tahun dengan menggunakan bantuan uang Latihan , Kunjungan, Kordinasi dan Konsultasi ( LAKUSISI ).
Studi Banding ke Bali |
Sistem kerja Lakusisi merupakan inovasi kami untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem LAKU. Konsep ini merupakan salah satu masukkan kami pada Departemen Kehutanan khususnya Pusat Penyuluhan Kehutanan.
ID Card PPN ke 32 di Gorontalo |
Akhir tahun yang sama dipercaya menjadi duta Provinsi DIY maju lomba pidato penyuluh kehutanan tingkat nasional dan menjadi peserta temu Nasional penyuluh kehutanan dalam rangka peringatan Pekan Penghijauan Nasional ( PPN ) ke 32 berkolaborasi dengan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional ( HKSN ) di kabupaten Gorontalo provinsi Sulawesi Utara.
Dalam lomba pidato penyuluh kehutanan saya mengangkat tema Upaya Penyelamatan Hutan Tanah dan Air ( PHTA ) di kabupaten Gunungkidul Yogyakarta.
Naskah pidato wajib dibuat hanya dalam waktu singkat dan saat itu komputer belum familiar sehingga harus diketik manual ( insyaa Alloh tayang tersendiri)
Pidato penyuluh kehutanan dengan tema Upaya PHTA di kabupaten Gunungkidul lagi - lagi membuat kagum dan campur bertanya - tanya bagi para pemirsa diruang sebuah Perguruan Tinggi swasta di Gorontalo itu , karena popularitas Gunungkidul sebagai daerah kering, gersang, tandus dan kritis sangat kuat melekat di benak mereka.
Seolah tak percaya dengan apa yang saya sampaikan dengan jelas dan meyakinkan itu.
Saya tantang mereka yang ingin membuktikan bahwa Gunungkidul saat itu telah jauh berbeda dengan tahun 1960 - 1970 an , datang berkunjung ke Gunungkidul untuk melihat dan belajar bagaimana bisa menghijaukan lahan kritis dengan sukses.
Pemerintah provinsi Sulawesi Utara menyatakan siap mengagendakan studi banding tentang penghijauan lahan kritis di Gunungkidul dalam waktu dekat mengajak pejabat Bupati dan walikota.
Alhamdulillah, Tim juri lomba pidato memutuskan saya menjadi juara 1 tingkat nasional sehingga berhak memperoleh Thropy, piagam penghargaan dan uang pembinaan.
Dalam acara Temu Nasional Penyuluh Kehutanan ( TNPK ) panitia juga mendaulat saya sebagai ketua tim perumus yang hasil rumusan tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan penyusunan kebijakan penyuluhan kehutanan secara nasional kedepan.
Penghargaan dari Hasjrul Harahap |
Kebanggaan tersendiri rasanya disaat resepsi dengan para pejabat pusat dan daerah secara nasional saya bisa membacakan rumusan TNPK dan menyerahkannya kepada Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap.
Disaat itu pula saya mendapatkan penghargaan terbaik 1 Nasional lomba pidato Penyuluh Kehutanan dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia.
Pada puncak acara PPN - HKSN ke 32 saya juga berkesempatan ikut Temu wicara dengan Pak Harto lagi yang berlokasi di atas danau Limboto Gorontalo , 24 Desember 1992.
Semuanya ini berkat motivasi Pak Yudastowo Mangunsarkoro, Bupati Gunungkidul Soebekti Soenarto , ka Kanwil Departemen Kehutanan DIY Dradjad Soepomo, kepala Sub BRLKT Opak Progo Eddy Rismono Jaffar , teman teman PLP dan masyarakat Gunungkidul umumnya.
Tidak ada perjuangan yang sia sia jika dilakukan secara tulus dan setiap keberhasilan merupakan ridho Allah SWT melalui proses panjang penuh dengan tantangan dan hambatan.
Benar kata pepatah berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Mau tahu dan ingin membaca naskah pidato yang mengantarkan menjadi juara 1 Nasional dan mengangkat nama baik Gunungkidul secara nasional dibidang penyelamatan hutan tanah dan air?
Tunggu episode selanjutnya
Bersambung episode 5
*Penulis
- PLP/ Penyuluh Kehutanan Gunungkidul 1978-1999
- Pejabat Struktural pada Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura 2000-2009.
- Kabid Perekonomian Bappeda 2010-2012
- Pegiat dan Pemerhati Lingkungan Hidup 2012-sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar