Rabu, 02 November 2022

KISAH PLP LAHAN KRITIS DI GUNUNGKIDUL

Lahan super kritis Zona Gunungsewu



Episode 3


_Gegara dinilai gagal dipanggil  Bupati Gunungkidul Pak Darmakum Darmokusumo_


Oleh : Kiswanto*


Selama tiga tahun menjadi Petugas Lapangan Penghijauan ( PLP ) di kecamatan Panggang laksana tengah berada di kawah candradimuka.Jikalau mampu dan kuat melewatinya artinya lulus dan siap menghadapi berbagai tantangan yang sangat besar sekalipun kedepan.Namun sebaliknya jika tidak kuat ibarat menyerah sebelum bertanding ..KO !


Program penyelamatan hutan, tanah dan air ( PHTA ) utamanya kegiatan penghijauan lahan kritis di zona pegunungan sewu Gunungkidul dinilai memiliki faktor kesulitan yang paling tinggi.


Berbukit karst dengan tingkat erosi sangat tinggi


Disamping karena tingkat erosi tanah yang masif dan tinggi sehingga lapisan tanah olah di perbukitan karst sudah hilang, vegetasi tetap tidak ada alias gundul , kemarau panjang , faktor teknis droping bibit serta perilaku petani belum sebagaimana yang diharapkan maka penanaman bibit tanaman penghijauan rentan gagal.


Kantor Bupati Lama ( Bangsal Sewakapraja ) 


Peristiwa yang sangat mengejutkan sekitar bulan April 1980 saya mendapat informasi dari Pak Camat bahwa pada hari Senin pukul 08 .00 wib PLP  harus menghadap Pak Darmakum Darmokusumo Bupati Gunungkidul bersama Camat Panggang dan Lurah Girimulyo dengan membawa laporan pelaksanaan penghijauan.


Berita terkait dengan panggilan Bupati sang maestro Penghijauan menjadi isu yang panas dan berkembang di kecamatan Panggang.


Saya secara pribadi tidak takut karena selama menjalankan tugas sudah sesuai dengan norma yang berlaku, hanya ada tanda tanya besar kenapa dipanggil menghadap Bupati  di kantornya Wonosari Gunungkidul.


Sedangkan Pak Camat dan Pak Lurah yang seperti kebakaran jenggot atas undangan panggilan tersebut.


Untuk mempersiapkan diri kami bertiga mengadakan kordinasi kilat untuk mempersiapkan laporan fisik dan keuangan proyek Bantuan Penghijauan khususnya Desa Girimulyo serta penyamaan persepsi terhadap pelaksanaan sesuai kondisi dan aturan yang berlaku.


Naik CB Gelatik menghadap Bupati


Hari Senin pagi pagi sekali saya bersiap menuju ibukota kabupaten Gunungkidul dengan mengendarai sepeda motor CB Gelatik , sedangkan Pak Camat bersama pak Lurah diantar sopir mengendarai mobil dinas kecamatan Panggang.


Sepanjang perjalanan pikiran tidak tenang memikirkan apa yang akan terjadi nanti, akan marah sedemikian rupakah pak Bupati kepada kami ?


Pada eranya yang namanya Bupati Darmakum Darmokusumo sangat terkenal kewibawaannya dan berkomitmen dengan penghijauan di kabupaten Gunungkidul.


Singkat cerita kami bertiga ditemui ajudan dan diminta masuk ke ruang tamu sambil menunggu Pak Bupati.


Kami bertiga diam dan masing-masing melamun dengan pikirannya sendiri tidak lupa berdoa kepada Alloh SWT agar peristiwa hari ini lancar dan selesai dengan baik atas ridho Nya 


Pak Darmakum Darmokusumo keluar dari ruangan menemui kami bertiga dengan senyum dan sapaan yang lembut.


Kemudian menanyai kami satu persatu untuk memperkenalkan siapa dan sebagai apa dalam penghijauan.


Kekeringan salah satu faktor penyebab kegagalan penghijauan


Akhirnya Pak Bupati mengatakan bahwa telah mendapatkan informasi dari Kepala Proyek Perencanaan dan Pembinaan Daerah Aliran Sungai ( P3 RP DAS ) Gunungkidul DIY yang isinya atas dasar evaluasi proyek Penghijauan jenis kegiatan penanaman Desa Girimulyo dinyatakan gagal.


Kami cukup terkejut tetapi juga sudah siap laporan serta argumentasinya kenapa terjadinya kegagalan itu.


Urut dari Pak Camat , Pak Lurah dan saya diminta menjelaskan tugas pokok fungsi dalam proyek dan upaya apa saja yang telah dilakukan serta kenapa bisa gagal?


Pak Bupati tidak " duko " alias marah membabi-buta sebagaimana yang dibayangkan Pak Camat dan Pak Lurah.


Hanya konfirmasi dan ingin informasi secara langsung dari para penanggung jawab program dan kegiatan serta alasan kenapa sampai dinilai gagal.


Pak Camat menjelaskan secara detail dan jelas terkait dengan tupoksinya yang telah dijalankan sesuai pedoman yang ada.


Pak Lurah demikian juga termasuk penyiapan warganya petani yang menjadi peserta Penghijauan siap mendukung dan melaksanakan sesuai bimbingan teknis petugas katanya.


Terakhir saya selaku PLP yang bertanggung jawab dibidang teknis menyampaikan penjelasan sejumlah alasan kenapa Proyek dinilai gagal.


Pertama karena musim kemarau panjang sehingga saat musim tanam belum ada hujan sama sekali hingga menjelang proyek berakhir.


Kedua droping bibit penghijauan  terlambat datang dan banyak yang rusak  sampai lokasi.


Kendati kegiatan teknis persiapan lapangan dan petani sudah optimal namun karena kedua masalah tersebut bukanlah domain dan kewenangan kami  bahkan salah satunya faktor alam sehingga kami tidak berdaya.


Mendengar penjelasan kami Pak Bupati tersenyum dan mengangguk pertanda sangat bisa memahami apa yang terjadi apalagi beliau adalah pakar dibidang penghijauan.


Dengan sangat bijak beliau tidak menyalahkan kami , justru memberikan motivasi untuk tetap semangat melaksanakan penghijauan lahan kritis di Gunungkidul hingga berhasil walaupun sangat berat.


Selanjutnya akan dijadikan bahan evaluasi dan penyempurnaan kebijakan serta organisasi keproyekan kedepannya dengan memberikan masukan kepada pihak berwenang dan terkait khususnya , Ditjen Kehutanan , Departemen Pertanian.


Kegagalan penanaman bibit penghijauan saat dievaluasi akhir tahun anggaran  pada kegiatan proyek menjadi momok PLP selaku penanggungjawab teknis dilapangan.


Demikian pula bagi Camat selaku pemimpin pelaksana ( pinlak ) serta Lurah / kepala desa selaku pemegang kebijakan diwilayahnya.


Jadi saat itu sistem keproyekan di kabupaten Gunungkidul Pemimpin Proyeknya adalah Bupati dan Pinlak Camat kepala wilayah dengan bendahara mantri tani.


Sedangkan PLP adalah petugas teknis proyek dibawah lembaga Proyek Perencanaan dan Pembinaan Reboisasi dan Penghijauan Daerah Aliran Sungai ( P3 RP DAS ) Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

 Lembaga Ini merupakan kepanjangan tangan Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan  ( Ditsi ) , Direktorat jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian Republik Indonesia yang saat itu dikepalai oleh Drs Yudastowo Mangunsarkoro.


PLP diperbantukan kepada Bupati kepala daerah tingkat II Gunungkidul sebagai petugas teknis dilapangan.


Melakukan Penyuluhan Petani Penghijauan


Agar jangan sampai menemui kegagalan proyek saya berupaya sekuat tenaga, penyuluhan dan bimbingan teknis kepada kelompok tani penghijauan dilaksanakan tidak saja siang hari di gubuk kerja kelompok tetapi juga malam hari dirumah ketua kelompok tani.


Hal ini bisa saya lakukan secara efektif dan efisien karena lokasi pondokan saya berada di desa yang sama yakni padukuhan Kadisobo Desa Girimulyo.


Pelaksanaan per item jenis kegiatan dari awal secara runtut dijalankan diantaranya penetapan lokasi, pembentukan kelompok, rapat rapat, pembuatan administrasi, pembuatan gubug kerja, pembuatan dan pemasangan ajir , hingga pembuatan lubang tanam  5 X 5 meter sesuai tata waktu yang ada dalam rancangan kegiatan.


Sambil menunggu waktu yang tepat untuk penanaman bibit tanaman penghijauan yang diberikan sesuai kebutuhan.Momen terpenting dan menentukan keberhasilan adalah saat penanaman bibit yang harus tepat waktu,sesuai teknis dan jumlahnya.


Tahun anggaran 1979 / 1980  waktu itu April - Maret tidak seperti sekarang sesuai tahun takwin yang dimulai sejak tahun anggaran 2000, di Desa Girimulyo ada  proyek Penghijauan dengan jenis kegiatan penanaman seluas 25 hektar per hektar 200 atau 10.000  batang bibit tanaman.


PLP ujung tombak Proyek Penghijauan


Setelah lokasi proyek ditetapkan PLP bersama perangkat desa dan kelompok tani mengecek lokasi dengan memasang pal batas dari bambu setinggi sekitar 2 meter yang bagian atasnya dicat warna merah.


Ceking lokasi secara detail mulai blok , nomor persil , nama petani , luas kepemilikannya, jumlah bibit tanaman sesuai dengan rancangan kegiatan yang dibuat instansi berwenang yakni P3 RP DAS Gunungkidul,DIY.


Pohon Pionir Akasia Generasi awal


Jenis bibit tanaman untuk kegiatan penanaman merupakan pohon pionir diantaranya akasia ( Accasia auriculiformis) , jati ( Tectona grandis ) dan mahoni ( Swetenia mahagoni ).


Saat persiapan lapangan hingga penanaman bibit PLP nyaris tidak pernah punya waktu luang karena wajib berada di lokasi masuk ke pedalaman yang jauh dari jalan raya sehingga harus jalan kaki.


Ketika semua persiapan sudah selesai tinggal menunggu waktu tanam dengan curah hujan yang cukup serta kedatangan bibit yang baik dan tepat waktu.


Mengingat bencana alam kemarau panjang dan bibit telat tiba di lokasi sehingga saat dievaluasi oleh petugas P3 RP DAS Gunungkidul DIY mencapai nilai kurang dari 35 % hal ini termasuk kriteria gagal.


Mengutip kata-kata Buya Hamka " Jangan takut gagal karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah.." artinya kegagalan saya saat ini tidak perlu diratapi dan disesalkan karena bisa dibilang merupakan sukses yang tertunda.


Ada hikmah dibalik itu semua tidak semua PLP diberikan kesempatan bisa ketemu Pak Darmakum Darmokusumo secara langsung dan khusus.


Seandainya tidak ada evaluasi gagal barangkali peluang dapat ketemu sehingga mendapatkan motivasi dan pembinaan sangat kecil bahkan mustahil bagi seorang PLP.


Di Panggang saya mendapatkan suka duka diantaranya nabrak kirik dan jatuh terluka di Siraman Wonosari saat kembali ke Panggang dari Klaten sehingga alis mata kanan yang robek dijahit di RSUD Wonosari.


Jatuh dari motor saat menjalankan tugas di tanjakan antara Bibal - Giriharjo kondisi jalan belum diaspal penuh bebatuan sehingga dengkul terluka ringan.


Serta pengalaman jika ban motor bocor harus mencari tukang tambal ban di Imogori, Bantul atau Trowono kecamatan Paliyan jarak tempuhnya cukup jauh dengan melepaskan roda kemudian naik angkutan umum Colt diesel engkel.


Renang Di Telaga Legundi yang multifungsi ternyata jarang dilakukan oleh warga setempat akhirnya malah jadi tontonan.


Sering kali saat menjalani tugas lapangan dicegat dan dinunuti warga sementara mereka belum terbiasa mbonceng sepeda motor sehingga tubuhnya kaku dan bahkan ikut menyetir takut kalau kecemplung jurang.


Nonton bareng ( nobar ) layar tancap, dan wayang kulit bersama warga masyarakat saat belum ada listrik masuk desa sungguh menjadi hiburan yang mengasyikkan.


SK Menteri Pertanian asli tentang penugasan saya di Gunungkidul hilang saat dipinjam teman PLP Panggang, tidak ditemukan lagi walaupun sudah diumumkan lewat radio GCD di Wonosari.


Alhamdulillah... lengkap sudah pengalaman sebagai PLP di kecamatan Panggang 1978 - 1981.


Selanjutnya saya dimutasi ke Kecamatan lain dan beberapa kali menjadi duta mewakili DIY di ajang nasional yang bisa mengharumkan nama Gunungkidul di bidang penghijauan lahan kritis.


Hingga banjir penghargaan bergengsi dibidang penghijauan dan lingkungan hidup dalam kurun waktu cukup lama.


Bersambung episode 4


*Penulis 


Pemerhati dan Pegiat LH



- PLP/ Penyuluh Kehutanan kabupaten Gunungkidul 1978-1999

- Pejabat Struktural di Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura 2000-2009

- Kabid Perekonomian Bappeda 2010-2012

- Pegiat dan Pemerhati lingkungan hidup 2012- sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar