Hutan Rakyat Swadaya berkembang |
Episode 6
_Memasuki era keswadayaan masyarakat dan masa kejayaan penghijauan_
Oleh : Kiswanto*
Kendati proyek bantuan penghijauan belum dihentikan tetapi tiba masanya untuk membangkitkan semangat swadaya masyarakat untuk berpartisipasi dalam penghijauan pada lahan mereka.
Hal ini sesuai dengan filosofi penyuluhan dengan tujuan utama untuk merubah perilaku meliputi pengetahuan,sikap dan keterampilan ( PSK ) petani dari tidak tahu, tidak mau hingga melakukan secara mandiri.
PLP Penyuluhan |
Ketidaktahuan diatasi dengan berbagai metode penyuluhan salah satunya adalah pembuatan Unit Percontohan (Demplot ) Usaha Pelestarian Sumberdaya Alam ( UP UPSA ) dengan demonstrasi plot Ini diharapkan petani dapat melihat secara langsung implementasi dilapangan.
Mengingat prinsip penyuluhan jika aku mendengar aku lupa, jika aku melihat aku tahu alias mengerti dan jika aku berbuat ( praktek ) saya dapat ( mengerjakan ).
Unit Percontohan ( Demplot ) UPSA |
Demplot UP UPSA dibuat dipinggir jalan dan lokasi strategis sehingga mudah dilihat oleh petani yang lewat.Demplot ini seluas 10 hektar untuk peragaan kegiatan penghijauan dengan tanaman kayu kayuan dan sebagian untuk budidaya tanaman semusim pada lahan kering, termasuk upaya konservasi tanah dan air berupa terasering serta budidaya ternak kambing.
Didalam UP UPSA juga merupakan wahana untuk introduksi varietas unggul baru seperti Lamtoro Gung, rumput gajah, Jati unggul dan benih unggul tanaman semusim.
Pembuatan Demplot UP UPSA dengan target satu desa satu unit.
Petugas yang menangani UP UPSA terlebih dahulu harus memiliki sertifikat pernah mengikuti Diklat Petugas Lapangan Percontohan Demplot Penghijauan atau UP UPSA.
Studi Banding ke luar daerah |
Selaku PLP agar memiliki pengalaman dan pengetahuan cukup disamping mengikuti diklat kedinasan juga dapat belajar dengan berbagai narasumber dilapangan seperti studi banding utuk menambah wawasan
Pamong desa pada saat itu terutama Carik atau kaur ekobang lazimnya sangat menguasai kondisi daerahnya termasuk bagaimana membaca persil dalam Peta Desanya.
Saya bisa belajar banyak dari mereka.Pak Sastro adalah seorang Carik suatu desa binaan saya yang mendapat proyek bantuan penghijauan dengan kegiatan Pembuatan tanaman.
Sambil jalan kaki memasuki daerah bertofografi bergunung dengan lereng cukup terjal Pak Sastro Carik senior itu sangat hafal dengan lokasi tersebut masuk persil berapa,milik siapa, luasnya berapa dan masuk blok apa.
Pengalaman di lokasi |
Pengalaman dilokasi yang tidak pernah dapat terlupakan adalah ketika ceking lokasi di tebing bawah Gunung Gambar tiba-tiba langit gelap karena ada awan hitam disertai suara petir menggelegar pertanda akan turun hujan.
Saya merasa khawatir " Pak Carik bagaimana Ini kalau hujan deras dan petir seperti itu sedangkan kita berada di diatas tebing yang curam..? " tanya ku.
" Tenang saja Pak Kis diatas itu ada tempat berteduh.." katanya sambil tangannya menunjuk ke atas.Sedangkan sejauh mata memandang tidak ada gubug kecilpun apalagi rumah. Pak Sastro sangat familiar dengan lokasi tersebut dan ternyata di tebing yang tinggi di bawah puncak gunung gambar sisi utara itu terdapat sebuah goa yang bisa untuk ngeyup kami berdua dengan aman hingga hujan deras itu reda.
Demikian pula Carik Desa lainnya yang pernah saya temui rerata sangat tertib administrasi , menguasai lapangan dan mumpuni dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Sejatinya dimanapun kita ditugaskan dan berada dilingkungan baru disitulah dapat belajar banyak hal-hal berbeda dan membangun jejaring dengan orang lain.
PKS Supervisi Kegiatan |
Tugas pokok dan fungsi saya ketika tidak lagi menjadi PLP di tingkat desa seperti saat di Panggang dan Ngawen namun menjadi lebih luas cakupannya, terutama melakukan pembinaan terhadap para PLP di desa dan kecamatan saat menjadi Penyuluh Madya Penghijauan ( PMP ) di BPP pada tahun 1991.
Menjadi PMP dan PKS |
Sedangkan tahun 1992 - 1999 kapasitas saya selaku Penyuluh Kehutanan Spesialis ( PKS ) mempunyai tupoksi pembinaan dan mengkoordinir PLP dan PMP se kabupaten Gunungkidul.
Pembinaan Lomba Penghijauan Swadaya |
Metode penyuluhan lainnya yang terpilih untuk memotivasi kelompok tani melakukan penghijauan swadaya adalah dengan diselenggarakan lomba penghijauan swadaya ( LPS ).
Lomba ini diselenggarakan secara berjenjang mulai lomba tingkat kecamatan, lomba tingkat kabupaten Gunungkidul, lomba tingkat Provinsi DIY dan tingkat nasional.
Metode lomba penghijauan mendapat respon positif dari masyarakat dan ditetapkan sebagai kebijakan tingkat kabupaten Gunungkidul oleh Pak Soebekti Soenarto dan Bupati selanjutnya.
Mulai tahun 1991 - 1998 Gunungkidul serasa diatas angin dan memasuki era kejayaan dalam prestasi lomba penghijauan swadaya dan PLP berprestasi baik tingkat provinsi DIY maupun nasional.
Demikian pula prestasi lomba bidang lingkungan hidup hingga dapat meraih penghargaan bergengsi berupa kalpataru , waktu itu kewenangan bidang lingkungan hidup masih melekat pada lembaga yang mengurusi bidang kehutanan.
Mengapresiasi Kelompok Berprestasi |
Partorejo ( 1994 ) ketua kelompok tani di Jerukwudel,Rongkop mendapatkan kalpataru kategori penyelamat lingkungan dengan kegiatan penghijauan lahan kritis sekitar Telaga Wotawati.Atas keberhasilannya air telaga menjadi bening dan lestari karena erosi dan sedimentasi terkendali oleh adanya vegetasi tetap yang banyak.
Kalpataru |
Warsono ( 1996 ) PLP kecamatan Rongkop menyabet penghargaan bergengsi kalpataru kategori pengabdi lingkungan setelah menginisiasi habitat burung walet dengan penghijauan sehingga populasi dan produksi sarang burung walet meningkat disamping sejumlah kegiatan positif lainnya.
Penilaian Lomba Penghijauan Swadaya zona Selatan |
Prestasi dan penghargaan juara terbaik Nasional dalam lomba hutan rakyat swadaya justru didominasi oleh kelompok tani di zona pegunungan sewu dimana kekritisan lahan paling parah pada awalnya.
Juara HRS zona Utara |
Namun demikian prestasi kelompok tani hutan rakyat swadaya zona utara dan tengah juga ada yang bisa unjuk gigi tingkat nasional seperti di desa Putat kecamatan Patuk dan Karangmojo Gunungkidul.
Prestasi kelompok penghijauan zona selatan diantaranya Hutan Rakyat Swadaya Desa Giriwungu , Giripurwo dan Giriasih kecamatan Panggang dapat meraih kemenangan yang menakjubkan.
Demikian pula Desa Tileng , dan Desa Jepitu kecamatan Rongkop dapat menunjukkan prestasi yang luar biasa dilevel Nasional.
Hutan Rakyat Swadaya ( HRS ) Desa Tileng mendapatkan juara nasional 1991 an yang mengagumkan tanaman penghijauan berupa jati,akasia dan mahoni mampu tumbuh baik di tengah bebatuan karst yang berwarna hitam.Perakaran tanaman pioneer itu mampu menembus keras dan keringnya bebatuan pegunungan sewu.
Dampak positifnya air telaga Lodoireng dapat lestari dan lebih jernih walaupun dimusim hujan.
Tamu studi banding dari Kalimantan |
HRS Desa Tileng inilah yang akhirnya dapat menjawab tantangan saya waktu lomba pidato penyuluh kehutanan dengan tema Upaya Penyelamatan Hutan Tanah dan Air ( PHTA ) kabupaten Gunungkidul di Gorontalo Sulawesi Utara 1992.
Para pejabat pemerintahan di Sulawesi Utara dalam studi banding yang diantar Pak Soebekti Soenarto Bupati Gunungkidul dan jajarannya sangat kagum dan heran atas keberhasilan penghijauan lahan kritis di Gunungkidul.
Pemerintah provinsi Sulawesi Utara berkeinginan mengajak beberapa orang petani Gunungkidul agar dapat memberikan contoh bagaimana caranya bisa menanam pohon penghijauan hingga berhasil baik dilahan kritis wilayah Sulawesi Utara yang kondisi lahannya justru masih lebih baik dibandingkan dengan Gunungkidul.
Dampak positif lainnya atas pidato saya saat temu wicara dengan Presiden RI dalam rangka peringatan HPS di kabupaten Karawang Jawa Barat 16 Oktober 1991 dan pidato penyuluh kehutanan di Gorontalo Sulawesi Utara 1992 Gunungkidul menjadi terkenal sehingga sering menjadi obyek studi banding keberhasilan penghijauan dari berbagai daerah di Indonesia.
Kapusluhut mengapresiasi Prestasi Gunungkidul |
Pemerintah pusat juga menaruh perhatian yang baik berupa peningkatan anggaran proyek Penghijauan, pemberian sarana dan prasarana penyuluhan serta mobil Dinas untuk operasional dari Departemen Kehutanan.
Atas dasar banyaknya kelompok tani dan PLP berhasil menjadi juara provinsi dan nasional dalam lomba penghijauan dan lingkungan hidup maka saya selaku PKS yang berperan aktif dalam pembinaan dan penyiapan segala sesuatunya diapresiasi oleh Bupati Gunungkidul dengan memberikan piagam penghargaan sebagai pembina.
Penghargaan tersebut diantaranya
- Tahun 1991 sebagai pembina kelompok perintis lingkungan hidup.
- Tahun 1993 sebagai pembina penghijauan kab Gunungkidul
- Tahun 1994 sebagai pembina penghijauan kab Gunungkidul
- Tahun 1994 sebagai pembina penghijauan dan lingkungan hidup kabupaten Gunungkidul
- Tahun 1995 sebagai pembina penghijauan kab Gunungkidul
- Tahun 1996 sebagai pembina terbaik lomba lingkungan hidup kabupaten Gunungkidul
- Tahun 1996 sebagai pembina penghijauan kab Gunungkidul
Penghargaan Bupati |
- Tahun 1997 sebagai pembina terbaik lomba penghijauan kab Gunungkidul
- Tahun 1998 sebagai pembina terbaik lomba penghijauan dan lingkungan hidup kabupaten Gunungkidul
- Tahun 1998 sebagai juara 1 pembina lingkungan hidup Tk kab Gunungkidul
Piagam Bupati Pembina LH |
Selaku PKS yang bertugas mengkoordinir PMP dan PLP se kabupaten Gunungkidul ditunjuk sebagai pejabat pengesahan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit penyuluh kehutanan di Gunungkidul.
Disamping itu Tahun Anggaran 1998 / 1989 , 1999/2000 dan 2000 ditunjuk sebagai pemimpin proyek Penghijauan di kabupaten Gunungkidul.
Juga merangkap sebagai pelaksana tugas pejabat struktural Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah serta Dinas Kehutanan kab Gunungkidul.
Saat jadi Pinpro Penghijauan |
Sangat jarang terjadi seorang pejabat fungsional penyuluh kehutanan merangkap jabatan pemimpin Proyek dan juga pelaksana tugas jabatan struktural , kendati hal tersebut tidak ada larangan.
Menjelang otonomi daerah posisi saya berada dipersimpangan jalan antara jabatan fungsional dan jabatan struktural.
Atas berbagai saran dilihat kinerja saya selama ini dinilai lebih baik memilih jalur struktural karena skope nya lebih luas sehingga akan dapat memberikan pertimbangan penyusunan kebijakan dibidang pembangunan kehutanan secara terpadu dan komprehensif.
Dan saya berpikir penghijauan lahan kritis di Gunungkidul telah melewati masa kritis sehingga bebannya tidak seberat era 70 - 80 an.
Gunungkidul ijo royo-royo |
Saat ini masyarakat petani sudah bisa merasakan manfaat dari hasil Penghijauan sehingga secara sadar mereka akan menanam pohon kembali setelah memanennya secara swadaya.
Dan saat saya ketemu Profesor " Telo " Suhardi minta advis dan pertimbangan terkait hal tersebut beliau mengatakan " Tidak masalah anda masuk jalur struktural dan ditugaskan di instansi mana saja karena sudah memiliki jiwa rimbawan justru akan bisa mewarnai setiap kebijakan dilihat dari aspek Kehutanan dan Penghijauan.."
Ya beliau guru dan sekaligus " teman " saya. Saat di Wanagama guru saya karena merupakan dosen sementara sebagai teman saat libur beliau sering mengajak saya bermain dan jalan jalan mbonceng CB Gelatik saya.
Hasil penelitian kenapa umur harapan hidup masyarakat Gunungkidul relatif lebih panjang dibandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY kesimpulannya karena masyarakat Gunungkidul sering mengkonsumsi telo , karena penelitian tentang telo di Gunungkidul itulah sehingga Pak Hardi sering di panggil Profesor " Telo ".
Akhirnya beliau disamping Jadi dosen Fakultas Kehutanan UGM juga diminta menjadi staf ahli Dewan Ketahanan Pangan Nasional Di Jakarta karena penelitian tentang telo tersebut.
Disaat otonomi daerah diberlakukan semua PNS pusat khususnya Departemen Kehutanan diminta memilih mau menetap di mana bebas di seluruh wilayah Indonesia.
Kemudian status kepegawaian saya berubah dari pegawai negeri pusat Departemen Kehutanan menjadi pegawai pemerintah daerah kabupaten Gunungkidul.
Di Dinas Kehutanan ( 1999-2000 ) |
Berawal pindah dari Dinas Kehutanan ke Dinas Peternakan ( 2001 ) ,
Saat Di Dinas Peternakan bersama LPM UGM |
Ke Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura ( 2009 ).
Saat di Dinas TPH |
Pernah masuk nominasi pejabat eselon dua dan mengikuti fit & propertes di Provinsi DIY bertiga dan semuanya mendapatkan rekomendasi layak.Karena qodarullah belum diridhoi Allah SWT sehingga amanah itu tidak jatuh ditangan saya.
Saat Kabid Perekonomian Bappeda |
Sehingga tahun 2010 saya hijrah dari eselon tiga Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura menjadi Kepala Bidang Perekonomian Bappeda hingga purna tahun 2012 dengan selamat nir sambekala.
Kurun waktu 34 tahun separuh lebih dari umur saya dihabiskan secara totalitas untuk Gunungkidul Handayani
Proses panjang lahan kritis jadi ijo royo² |
Saya tidak bergeming tetap milih di Gunungkidul walaupun tidak lagi sebagai penyuluh kehutanan.
Tetapi sebagaimana jiwa rimbawan komitmen terhadap penghijauan dan lingkungan hidup tidak akan pernah hilang sampai akhir hayat.
Yang menjadi PR selanjutnya adalah bagaimana melestarikan apa yang telah diperjuangkan dan berhasil dengan baik sehingga bermanfaat bagi orang banyak dari generasi ke generasi sehingga Gunungkidul tetap Handayani hari esok lebih baik.
Keberhasilan Penghijauan yang Lestari |
Mengutip kata-kata motivator bahwa ada 4 hal penting sebagai syarat kesuksesan dalam karir seseorang pertama bisa dipercaya, kedua punya nilai tambah,ketiga berperilaku menyenangkan dan keempat dikenal oleh orang yang tepat dalam jumlah banyak.
Sebagai renungan.
Tamat
Penulis :
Pegiat dan Pemerhati LH |
- PLP/ Penyuluh Kehutanan Kab Gunungkidul 1978-1999
- Pejabat Struktural di Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura 2000-2009
- Kepala Bidang Perekonomian pada Bappeda Gunungkidul 2010-2012
- Pegiat dan Pemerhati Lingkungan Hidup 2012-sekarang
Disnak Kordinasi Pawonsari di Pacitan |
Di Dinas TPH , PPK SL PTT |
Merevitalisasi Proses Perencanaan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar