Rabu, 14 September 2022

SUGENG TINDAK PAK HARYANTO

 *Sugeng Tindak Pak Haryanto*


Mengenang tokoh-tokoh masyarakat dk Kadilajo yang telah selesai dengan tugas duniawinya



Bersama Pak " Guru" Haryanto


Kadilajo ~ Di GWA Rismala Kadilajo Klaten sekitar pukul 12 : 56 WIB sehabis sholat Jum'at ada berita yang mengagetkan.


Berita lelayu dari Jakarta yang diteruskan oleh Cak Wur salah satu anggota grup yang juga selaku Takmir Masjid Lailatul Qodar Kadilajo.


Hari Jumat Wage tanggal 12 Februari 2021 bertepatan dengan tahun baru Imlek dan 30 Jumadilakhir 1442 H sekitar pkl 13 : 30 WIB Pak H Haryanto menghadap Rabbnya setelah menderita sakit dan dirawat di disebuah rumah sakit di Jakarta pada usia 74 tahun dan Jazatnya dimakamkan di Jakarta.


Haryanto bin Setrapawiro lahir di padukuhan Kadilajo RT 03 RW 01 Desa Kadilajo Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten pada tanggal  04 - 07 - 1947.


Pada saat menginjak dewasa sosok Haryanto bersama sejumlah sahabatnya merupakan pemuda yang aktif dalam dakwah Islamiah dilingkungan Desa Kadilajo.Terutama di lingkungan padukuhan Kadilajo yang saat itu memiliki sebuah langgar panggung terbuat dari kayu berdinding gedhek.


Pada era 1960 an belum banyak warga masyarakat yang ber KTP Islam menjalankan rukun Islam secara kaffah


Langgar kecil yang berdiri di pekarangan Mbah Bayan Arjopairo isteri Martopairo RT 03 RW 01 Desa Kadilajo merupakan pemberian dari Mbah Poncodiryo yang asal muasalnya dari Cawisan Sleman Yogyakarta sekitar tahun 1963.


Atas inisiatif Mbah Bayan Arjopairo langgar kecil yang reyot dan lapuk dimakan usia itu direstorasi menjadi Mushalla ukuran 5 X 7 m dengan bangunan permanen pada tahun 1967 dan diresmikan oleh Soetijoso Bupati Klaten.


Dengan berdirinya Mushalla yang diberi tetenger Lailatul Qodar tersebut membuat generasi muda Islam yang jumlahnya terbatas menjadi bersemangat untuk berdakwah dan menjadikan Mushalla ini sebagai basecamp.


Dan kelak menjadi cikal-bakal berdirinya Ikatan Pemuda Masjid Kadilajo ( IPMK  , 1984 ) yang kami inisiasi bersama Ngadiso ,Wiyono dkk , kemudian bermetamorfosa menjadi Remaja Masjid Lailatul Qodar ( Rismala , 1990 an  ) Kadilajo atas ide Wuryanto Nursalim dkk hingga saat ini 


Pemuda masjid aktivis era 1965 an  tersebut diantaranya Tukiran, Sukapto , dan Haryanto D yang mengajak anak-anak remaja diantaranya seperti Ngadiso , Mulyono dan Kiswanto untuk memakmurkan Mushalla yang masih belum banyak memiliki jamaah kala itu.


Haryanto D saat menempuh pendidikan guru di kota Klaten aktif ikut berorganisasi dalam sebuah organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah.


Sedangkan Mbah Bayan Arjopairo beserta keluarga dan lingkungannya memilih guru spiritual Mbah KH Asy'ari dari Gumutri Sleman Yogyakarta yang masuk dalam ormas Islam terbesar Nahdlatul ulama dan terus berkembang luas hingga saat ini diwilayahnya.


Namun bagi Haryanto perbedaan wadah organisasi kemasyarakatan tersebut tidak dianggap sebagai masalah.


Pemuda Haryanto D pada tahun 1970 an memilih hijrah ke Jakarta untuk mendapatkan pekerjaan demi kebaikan masa depannya, setelah sebelumnya membuat sanggar " Omong Kosong " dirumahnya.


Haryanto yang menikahi Undarti akhirnya sukses berkarir sebagai pahlawan tanpa tanda jasa alias guru di ibukota negara republik Indonesia Jakarta.

Hingga akhir hayatnya Haryanto tetap istiqamah sebagai pendakwah demi perkembangan agama Islam yang dipeluknya.


Di mata saya sosok Haryanto dimasa hidupnya merupakan pribadi yang sederhana, santun , baik hati , disiplin, pekerja keras dan mudah bergaul.

Kesukaannya berorganisasi sejak muda ditularkan kepada saya saat masih duduk di kelas 6 SD Negeri Kembang.


Saya pernah diajak ikut serta dalam forum rapat koordinasi pengurus ormas Islam terbesar kedua level Kabupaten Klaten di sebuah gedung di Jalan Pramuka timur Bank BRI cabang Klaten.


Hal tersebut senantiasa saya ingat selama hidup dan menjadikan saya terbuka wawasan dan punya pengalaman sehingga suka berorganisasi sejak saat itu dan ternyata banyak manfaatnya hingga sekarang.


Haryanto seorang yang pintar melukis dia juga menjadi guru saya dalam menggambar sehingga ketika SMP nilai menggambar saya selalu bagus bahkan lukisan terbaik saya sempat diikutsertakan dalam even pameran lukisan di kawedanan Gondang Winangun tahun 1972.


Disamping itu sejak awal Haryanto senantiasa memotivasi saya untuk terus belajar dan belajar agar memiliki bekal wawasan dan pengetahuan yang luas.


Juga menggagas bagaimana pemuda masjid tidak belajar semata-mata untuk mengejar akhirat namun juga memiliki kemampuan berwirausaha guna mendapatkan bekal kehidupan duniawi.


Haryanto tetap menganggap saya sebagai saudaranya yang disenangi sehingga tidak segan-segan mengingatkan untuk senantiasa meningkatkan amal ibadah semata-mata kepada Alloh SWT.


Hal ini dilakukannya sejak dahulu kala, setelah purna dan jika mudik berusaha silaturrahim kerumah saya.


Catatan saya bertemu almarhum sebelum pandemi covid 19 disamping silaturrahim, memberikan tausyiah dan sempat berswafoto dirumah saya untuk kenang-kenangan.


Terimakasih Pak Haryanto engkau adalah guru , motivator dan saudaraku yang baik.


Semoga engkau kembali menghadap Alloh SWT dalam keadaan husnul khatimah.

Diampuni dosa dan kesalahanmu , diterima amal ibadahmu dan tidak ada yang lainnya kecuali balasan Jannah yang indah dan kekal abadi.


Kami keluarga besar Rismala sebagai generasi penerus dan Takmir Masjid Lailatul Qodar Kadilajo Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten merasa kehilangan salah satu sesepuh terbaik.


Innalilahi wa Innailaihi rojiun , ndherek belasungkawa.


Selamat jalan pak Haryanto Dwijodarsono


Kadilajo, 13 Februari 2021


Kiswanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar