Mengenang tokoh masyarakat desa Kadilajo yang telah mendahului kita
Bersama Teman bermain masa kecil |
_Sejumlah catatan kenangan bersamanya_
Kadilajo ~ Nama pemberian orang tuanya saat lahir di Ngebong dk Kalikajar Desa Kadilajo pada tahun 1954 adalah Susanto.
Anak sulung enam bersaudara pasangan Pak Gunadi dan Bu Srini yang tinggal di dk Kadilajo RT 02 RW 01 Desa Kadilajo Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten Jawa Tengah 57483.
Saya lahir dua tahun lebih muda dibandingkan Om Susanto, tetapi memang teman-teman akrab bermain saya banyak yang usianya lebih tua, diantaranya Pratikto , Haryoko dan Susanto.
Banyak pengalaman unik dan berkesan khususnya ketika berteman dan mbolang bersama Om Susanto.
Pada prinsipnya Om Susanto sejak remaja orangnya baik , kreatif dan familiar.
Hobinya suka mbolang pada zamannya yakni mancing hingga seharian , nyepeda onthel dengan sasaran yang cukup jauh serta mengambil buah-buahan dan mencari jangkrik ke kali Woro.
Nakalnya remaja jadul masih dalam batas kewajaran misalnya memetik buah-buahan dikebun milik orang lain tanpa Izin, maklum dahulu tidak semua orang memiliki pohon buah-buahan seperti zaman sekarang.
Saya masih ingat betul barangkali saat itu saya masih SD belum kelas 6 , pas hari libur berdua jalan kaki mancing ke bedhelan Sukorini hingga Barukan Manisrenggo.
Berkhayal
Ditengah teriknya matahari menyusuri kali kecil pinggir jalan Lor STM TC , kami berdua ber andai-andai
" Mas Kiss , ( dia memanggil saya dengan sebutan Mas , karena memang awu alur keluarga lebih tua kami ) misalnya dari permintaan kita dikabulkan Tuhan dan tiba-tiba turun dari langit apa yang Mas minta " ?
tanya Dik Sus.
" Saya pingin sepeda motor , biar bisa jalan-jalan jauh dan tidak capek " jawabku
Dik Sus bilang " Saya juga minta motor gede " ujarnya.
Waktu itu tahun 1960 an barangkali sepeda motor seperti Honda keluaran negeri matahari terbit belum ada.
Mbolang di bulan Ramadhan
Pada suatu hari di bulan Ramadhan barangkali saya kelas 1 SMP, pulang sekolah kami berdua mbolang naik sepeda onthel saat terik matahari kearah selatan menuju Rowo Jombor.
Disana kami jalan-jalan turun ke Rowo yang kebetulan kering karena kemarau panjang sehingga oleh petani dipergunakan untuk budidaya mentimun.
Saking lapar dan haus Dik Sus sambil makan timun muda, bilang " Wah Seger banget Mas Kiss ..ayo makan gak apa-apa" ajaknya.
" Maaf, saya lagi puasa Dik eman-eman kalau medhot.." jawabku
Dan akhirnya sampai sore kami pulang dan hingga sampai rumah jelang saatnya berbuka puasa.
Nyepeda onthel ke Samas
Seingat saya, kami hanya bertiga saya, Pratikto dan Susanto kalau tidak salah tahun 1970 suatu hari kami bertekad mbolang nyepeda onthel menuju pantai Samas kabupaten Bantul Yogyakarta.
Jangan tanya tentang uang di saku anak-anak zaman dulu gaco awak waras dan semangat ada kemauan ada jalan prinsipnya.
Kami berangkat pagi-pagi dan hingga tiba di tujuan dengan lancar.Siang hari kami pulang dan sampai di suatu tempat yang ada kebun tebunya kami istirahat.
Karena lapar dan haus kami sepakat untuk 'nyolong tebu' untuk melepas dahaga.Belum selesai menikmati tebu kami dikonangi CB si penjaga keamanan disitu.
Tanpa basa-basi karena kami 'tertangkap basah' ya pasrah saja menerima hukuman.Tidak ada pertimbangan kebijakan dan rasa kasihan sang CB menghukum dengan cara menggembosi semua ban pit kami.
Setelah itu kami nuntun pit beberapa km akhirnya ketemu bengkel yang baik hati, semua ban kempes dipompakan secara gratis.
Kemudian melanjutkan perjalanan pulang sore mampir ke Candi Boko disana beli tape dan minum air sumur yang bening, ini masih diingat Pratikto hingga sekarang.
Akhirnya malam hari sampai rumah dengan selamat.
Golek Jangkrik di Kaliworo
Kejadian yang tidak pernah saya lupakan adalah suatu hari sekitar pkl 16:30 tahun 1965 - 6 an , saat meletusnya G 30 S/ PKI.
Saya berdua saja dengan Om Susanto pergi ke Pijenan mencari dhuwet dan jangkrik di Kaliworo.
Sore itu suasana sepi tidak ada orang lain di sungai selebar kurang lebih 1 km yang bagai padang pasir itu.
Suasana sore itu mendung sehingga terlihat agak gelap, tiba-tiba datang sebuah truk warna hijau mengangkut banyak orang yang kemudian diturunkan di pinggir alur sungai Woro Kulon dk Pijenan Manisrenggo.
Kami berdua tidak tahu truk dan siapa orang-orang yang diturunkan tersebut tetapi dari jarak tidak lebih 50 meter saya melihat sebagian penumpangnya membawa senjata api laras panjang.
Hal tersebut terbukti beberapa saat setelah orang-orang itu sepertinya disuruh berbaris kemudian terdengar suara tembakan secara beruntun.
Kami berdua melihatnya ketakutan karena barisan orang-orang itu roboh sehingga tidak terlihat lagi oleh mata , kemudian kami lari kencang kencang pulang hingga sampai rumah.
Sejatinya masih banyak pengalaman menarik lainnya bersamanya, tetapi cukup saya simpan dalam hati saja.
Setelah saya lulus SMP, kemudian melanjutkan sekolah Om Susanto ke STM Kristen Klaten saya ke Ungaran Semarang hingga bekerja diluar kota kami tidak saling ketemu lagi.
Akhirnya pada saat kami sudah tua dipertemukan kembali ketika sama-sama berniat berkontribusi ikut memajukan desa kelahiran tercinta.
Om Susanto menjabat ketua RW dan saya menjadi bagian didalamnya sebagai penasehat selama tiga tahun masa pengabdian.
Juga ikut serta membidani lahirnya Pokdakan Tirto Amarto hingga sama-sama sebagai penasehat, mengantarkan kesuksesan Pokdakan yang telah berbadan hukum tersebut.
Demikian sekilas catatan pengalaman saya ketika bersama Om Susanto sedari masih anak-anak hingga tua.
Hingga akhirnya Rabu Wage 9-3-2022 pkl 05:00 pagi di usia 68 tahun Om Susanto kembali menghadap sang pencipta dengan tenang.
Selamat jalan saudaraku engkau telah menyelesaikan tugas duniamu dengan baik, dan engkau orang baik di mataku.
Semoga diterima dan damai disisi Tuhan yang maha kuasa.
Aamiin YRA
Kadilajo, 9 Maret 2022
By@kiss
Acara di ponpes Al Munawwir |
Kegiatan di Balai desa Kadilajo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar