Sabtu, 26 Oktober 2019

PELAJARAN SANGAT BERHARGA DARI BANGKRUTNYA SARI WANGI

Brand Teh Sari Wangi 


Kadilajo ~ PT Sariwangi AEA yang melahirkan teh Sari Wangi dinyatakan bangkrut oleh pengadilan niaga Jakarta Pusat pada Selasa 16 Oktober 2018.

Perusahaan yang didirikan oleh Johan Alexander Supit pada tahun 1962 ini terlilit hutang lebih dari satu trilyun rupiah. Apakah ini berarti kita tidak bisa menikmati teh celup Sari Wangi ?

Ternyata, pada tahun 1989, brand Sari Wangi sudah dibeli oleh Unilever. Sekali lagi ingat ya, yang dibeli adalah brand Sari Wangi bukan PT Sari Wangi AEA. Dengan kata lain, PT Sari Wangi tetap memproduksi dan mensuplai teh Sari Wangi ke Unilever namun brand Sari Wangi sudah menjadi milik Unilever.

19 tahun kemudian, tepatnya awal tahun 2018, Unilever memutuskan kontrak dengan PT Sari Wangi AEA untuk mensuplai teh Sari Wangi ke Unilever. Entah darimana Unilever mendapatkan suplai penggantinya, yang jelas produk Sari Wangi masih tersedia di pasaran. Dan bulan ini, PT Sari Wangi dinyatakan pailit. Menariknya, teh Sari Wangi akan tetap ada di pasaran karena pemilik brandnya yaitu Unilever masih tetap berdiri. Bangkrut perusahaan yang melahirkannya bukan berarti “mati” produknya.

Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari kejadian ini.

Pertama, brand itu sangat penting. Bahkan harga brand boleh jadi lebih mahal dibandingkan dengan aset fisik yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Orang-orang yang cerdas dan berakal sehat akan fokus membangun brand dan intangible aset lainnya. Dalam bahasa pengembangan diri, brand itu sama dengan reputasi diri.

Dengan reputasi inilah kita bisa memiliki pengaruh yang semakin meluas, harga Anda semakin mahal. Reputasi yang baik juga akan menyelamatkan kita saat kita gagal dan terpuruk. Bangunlah reputasi Anda semakin tinggi, semakin kuat dan semakin mengakar.

Kedua, seriuslah membangun bisnis yang tidak akan merugi. Adakah bisnis yang dijamin tidak akan rugi? Jawabnya, secara spiritual, ada. Dalam kitab suci agama saya, Al Quran surat Faathir ayat 29 dinyatakan “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al Quran), mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dengan diam-diam maupun terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”.

Jadi secara spiritual, ada tiga bisnis yang dijamin tidak merugi yaitu: membaca Al Quran, mendirikan shalat, dan bersedekah. Silakan Anda perdalam dengan bertanya tafsir surat ini kepada ustadz Anda. Setiap ada berita bisnis yang bangkrut saya selalu teringat ayat ini. Seyogyanya, sebagai pebisnis atau sebagai profesional, Anda tidak boleh meninggalkan perniagaan ini. Tentu bagi Anda yang beragama Islam.

Ketiga, kurangi nafsu berhutang. Nafsu untuk membesarkan bisnisnya, membuat management PT Sariwangi AEA pada tahun 2015 memutuskan untuk meminjam uang kepada 5 bank yaitu HSBC, ICBC, Rabobank, Panin dan Commonwealth. Ternyata proyek yang mereka kembangkan dengan dana pinjaman ini hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Akhirnya, perusahaan yang sudah berdiri setengah abad lebih tidak sanggup membayar dan dinyatakan gulung tikar.

Jangan demi gengsi dan gaya hidup, Anda rela berhutang kesana-kemari, apalagi gali lubang dan tutup lubang hanya karena Anda ingin terlihat menjadi orang yang terpandang. Hidup bersahaja justeru menambah dan meningkatkan reputasi Anda.

Keempat, lakukan evaluasi efektifitas jalannya bisnis kita secara bertahap, sehingga step by stepnya pertumbuhan atau ketidak bertumbuhan segera terdeteksi, sehingga langkah prioritas dan solutif perbaikan dilakukan sedini mungkin.

Sari Wangi memberikan pelajaran “wangi” kepada kita bahwa brand atau reputasi nilainya sangat tinggi, kita jangan terjebak dalam kubangan hutang tiada henti, dan bersegeralah evaluasi bertahap efektifitas jalannya bisnis dan aktif menjalankan perniagaan yang tiada merugi yang keuntungannya bisa dibawa mati.

Salam #BerkahSuksesMulia

Copas by @kiss

Tidak ada komentar:

Posting Komentar