Jumat, 18 Oktober 2019

MENGENANG TRAGEDI BATUSARI GUNUNGKIDUL HANDAYANI

Truk terguling di Batusari 


Klaten  ~  Mengenang peristiwa tragis setahun yang lalu, tepatnya 15 Oktober 2018 rombongan peternak Gunungkidul pulang ngarit demi ternaknya alami musibah truknya terguling dan menelan sejumlah korban jiwa.

Saat kemarau tiba lazimnya ketersediaan hijauan pakan ternak mulai berkurang bahkan nyaris tidak tersedia sama sekali di bumi Handayani, sehingga para peternak harus berjuang mencari pakan keluar daerah.

Semoga peristiwa seperti ini menjadi inspirasi pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk mengevaluasi dan mencari solusi agar predikat sebagai Gudang ternak plus dapat Lestari dan memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya peternak.

*TRAGEDI BATUSARI GUNUNGKIDUL*

Batusari adalah sebuah nama padukuhan di desa Kampung, kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul DIY, sebelah utaranya terdapat jalan aspal mulus hotmix namun bergelombang menghubungkan desa Kampung dengan desa Sambirejo.

Di ruas jalan inilah Senin, 15-10-2018 sekitar pukul 14.00 wib telah terjadi kecelakaan maut yakni tergulingnya sebuah truk berplat  hitam R 1522 PD, yang disopiri Darsono ( 55 th) mengangkut 14 orang peternak dari Melikan, Katongan, Nglipar beserta rumput hasil ngaritnya dari wilayah Klaten.

Kecelakaan tunggal itu menyebabkan 4 orang tewas di TKP yakni Ny Ngatinem, Ny Sayem, Ny Rusminuk dan Suharno dan 10 orang luka-luka semuanya warga desa Katongan kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul.

Peristiwa serupa ternyata juga terjadi seminggu sebelum tragedi Batusari, yakni pada Ahad ( 7-10-2018) sore sebuah truk sarat muatan jerami dan 17 orang peternak dari desa Ngloro, kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul yang pulang ngarit dari wilayah Bantul per patah sehingga terguling di tanjakan Lanteng, Imogiri, Bantul yang terkenal curam. Pada musibah itu tidak ada korban jiwa, namun 2 orang patah tulang dan selebihnya mengalami luka - luka sebagaimana dijelaskan Kadus Tekik desa Ngloro.

Begitu semangat dan hebatnya daya juang peternak Gunungkidul untuk mencukupi kebutuhan hijauan pakan ternaknya saat musim kemarau panjang telah diakui sejumlah kalangan sejak dahulu kala.

Bahkan sudah lazim alias familiar terdengar  ungkapan  sapi mangan sapi, sapi mangan mas-masan dikala ketersediaan hijauan pakan ternak menipis dan habis, sehingga peternak rela mengorbankan apa saja yang dimilikinya demi sang raja kaya tetap hidup dan memberikan berbagai manfaat dalam kehidupan mereka.

Sejatinya apakah motivasi peternak Gunungkidul sehingga demikian gigih memelihara ternak kendati suasana sulit?

Slogan " Gunungkidul sebagai Gudang Ternak"  sebagaimana tertera dalam renstra pembangunan bidang peternakan dan kesehatan hewan sudah terkenal bagi masyarakat DIY dan sekitarnya.

Bibit ternak sapi potong dari Gunungkidul banyak diminati oleh peternak luar daerah karena daya adaptasinya tinggi, sehat dan dhokoh sehingga  cepat besar atau bahasa peternakannya ADG nya cukup signifikan.

Kualitas daging sapi potong asli Gunungkidul sangat baik jika dilihat dari prosentase karkas juga mutu daging serta bebas dari cacing hati, sehingga tak heran jika musim Idul Qurban sapi potong dari bumi Handayani laris manis.

Arti ternak bagi petani peternak di Kabupaten Gunungkidul pertama sebagai tabungan, baik untuk cadangan biaya hajatan, modal kerja atau untuk ragat anak anak sekolah hingga kuliah. Sehingga sering "ternak"  di artikan modal kanggo minterke anak, masuk SD cukup jual ayam, SMP /SMA jual kambing dan Kuliah cukup jual sapi.

Fungsi kedua sebagai penyedia tenaga kerja diladang dan ketiga sebagai pabrik pupuk kandang untuk keperluan pertanian lahan kering yang mutlak membutuhkan pupuk organik dari kotoran ternak.

Dengan memelihara ternak ruminansia limbah pertanian pangan, perkebunan, kehutanan dan perikanan bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang pada akhirnya akan menjadi pupuk kandang

Manfaat keempat adalah fungsi sosial dan hiburan peternak yang demikian lazimnya merupakan kelas tertentu yang puas dengan ternak yang dimiliki hanya untuk klangenan sehingga sering diikutsertakan dalam kontes dan lomba bidang peternakan.

Intinya masyarakat Gunungkidul yang sebagian besar masih berorientasi pada usaha pertanian tidak bisa lepas dari pemeliharaan ternak, karena upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah kering kritis mutlak membutuhkan pupuk organik.

Dengan demikian sangat bisa dipahami manakala kehidupan petani di Kabupaten terluas di DIY tak bisa lepas dari usahatani ternak, sehingga dengan demikian populasi sapi potong di Gunungkidul secara kuantitas juga mendominasi populasi sapi potong tingkat Provinsi DIY.

Bahkan diera 2007 an komoditas sapi potong di Kabupaten Gunungkidul ditetapkan sebagai komoditas unggulan oleh pemerintah provinsi DIY cq Bappeda DIY.

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi ternak besar dan kecil tentu membawa konsekuensi semakin besar pula kebutuhan hijauan pakan ternak, sementara daya dukungnya tidak berkembang sesuai harapan. Sehingga impor dan ngarit keluar daerah secara masive terjadi terutama saat musim kemarau tiba.

Semoga tragedi Batusari bisa menjadi bahan introspeksi, refleksi serta evaluasi pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka pembinaan dan pengembangan dunia peternakan utamanya yang terkait dengan penyediaan hijauan pakan ternak secara cukup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kendati OPD Dinas Peternakan sudah tidak ada lagi.

Patut diketahui bahwa ada kebanggaan tersendiri bagi pemerintah dan masyarakat Gunungkidul yang telah dapat berkontribusi dan menginspirasi pemerintah pusat cq Kementerian Pertanian sehingga Nomenklatur Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) yang diinisiasi dan lahir dari Gunungkidul pada tahun 2006, diadopsi dan diterapkan secara nasional untuk menggantikan nama Poskeswan menjadi Puskeswan mulai tahun 2007.

Penerapannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT. 140 /9/2007, tanggal 20 September 2007 tentang Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan.

Kami bangga atas prestasi dan spirit masyarakat peternak Gunungkidul, kendati banyak tantangan dan halangan namun pantang menyerah untuk berupaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya serta ikut memelihara kelestarian fungsi produksi atas lahan kering yang tetap menjadi andalan kehidupannya

Bravo.. Peternak Gunungkidul

Salam,

Klaten, 17 - 10 - 2018

Kiswanto
(Pemerhati pertanian,pangan dan lingkungan hidup)

_pernah di Gunungkidul 1978 - 2012_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar