Dari kanan Ayah, Ibu dan nenek |
Kadilajo ~ Ayahku konon lahir di Kadilajo tanggal 8 Oktober 1917 dari rahim seorang ibu bernama Sasap Wiryo Sudarmo.
Ibu Sasap adalah puteri kedua dari Marto Wijoyo Lurah pertama desa Kadilajo kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten.
Dengan demikian ayahku seorang cucu Lurah pertama di desa Kadilajo.
Ibu Sasap memiliki kakak perempuan bernama Kawit Ardjopawiro lahir 1893 yang menikah dengan mbah Martodimedjo Bayan Keputran tanpa memiliki keturunan.
Wiryo Sudarmo memiliki dua putra pertama Kirmadji Harto Sukirno (1917) dan Ngatino Yitno Subroto.
Ayah & ibuku |
Ayahku menikah dengan Yatirah binti Sukiyat Somahardjo sulung sembilan bersaudara dari padukuhan Randuawar desa Kemalang kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten pada Jumat Legi 13 Februari 1948.
Ayah ibu dan anak²nya |
Dari pernikahan tersebut melahirkan 5 ( lima ) orang anak 3 perempuan 2 laki-laki , Sukitri , Sukapto , Sukapti , Kiswanto dan Siti Wiratni.
Tahun 1946 tepatnya tanggal 20 November dengan nomer SK As. 590 ayahku diangkat menjadi pegawai negeri sipil di kementerian Pekerjaan Umum dengan jabatan mandor pembantu pengairan di Kali Woro dengan gaji pokok Rp 10,00
Ayahku adalah sosok yang rendah hati, jujur ,pekerja keras ,namun tidak ambisius jabatan.
Dibuktikan setelah sekitar 3 tahun menjadi PNS ayah tidak betah akhirnya resign alias keluar.
Saya pernah bertanya kenapa ayah keluar dari PNS, sementara saat itu jarang orang yang bisa sekolah formal hingga lulus ujian memiliki ijazah dan bisa diterima jadi PNS.
Ayahku lulus SR diterima jadi PNS pusat ternyata jawabnya, " saya tidak suka di reh ( diperintah), ingin mandiri.." katanya padaku diamini ibuku.
Bahkan kemudian ijazah SR ayahku direlakan untuk dipinjam saudaranya guna melamar pekerjaan.
Sehingga ijazah itu tidak dikembalikan lagi pada ayah.
Ayah ibuku mengajarkan anak-anaknya jujur, sederhana , mandiri dan senantiasa berilmu dengan cara menyekolahkan pada lembaga pendidikan formal.
Setelah keluar dari PNS ayahku, juga pernah diminta jadi carik desa karena nenek moyangnya Lurah yang era itu masih kental sistem kekerabatan namun ayahku tetap kukuh pada prinsipnya tidak mau di reh.
Akhirnya lebih memilih menjadi petani yang mandiri, menggarap lahan sawah pemberian orang tuanya sebanyak dua patok dengan luas sekitar setengah hektare.
Ibuku berdagang pakaian di pasar Kembang (Pahing) dan di pasar Surowono, Tangkil setiap pasaran pon dan kliwon. Kalau kulakan ibuku ke pasar Beringharjo Jogja dan pasar Klewer Solo dengan naik bus umum saya sering diajak serta.
Dari hasil bertani dan berdagang itulah orang tuaku bersemangat dan kerja keras agar anak anaknya tidak ketinggalan dalam pendidikan di sekolah.
Ayahku suka bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja ikhlas dan bekerja tuntas agar diperoleh hasil yang optimal dan berkah.
Ibadahnya tekun sangat jarang meninggalkan sholat lima waktu dan sering sholat berjamaah dengan isteri serta anak-anaknya beliau jadi imam bertempat di ruang pesholatan keluarga.
Maklum era 1960 an belum ada masjid disekitar tempat tinggal kami.
Suara rendah dan halus serasa menyejukkan saat jadi imam itulah salah satu hal yang tidak akan pernah aku lupakan hingga kini.
Beliau sangat demokratis, bukan tipe otoriter sebagai kepala keluarga, segala sesuatu perlu dimusyawarahkan untuk mencari solusi terbaiknya.
Rajin, teliti, tertib dan serba bisa adalah sosok ayahku yang sangat dekat dan sayang pada anak anaknya menurut perasaan beliau paling dekat denganku. Barangkali karena weton kami sama yakni Senin Legi nilainya 9 konon siapapun yang berweton hari itu mudah bergaul sehingga disayangi teman-temannya.
Yang dinilai unik konon ibunya ayah, ayah, saya dan anak ragil saya berweton sama Soma manis. Waallahu 'alam.
Kendati saya kecil dinilai nakal namun belum pernah sekalipun ayahku menanganiku beliau anti kekerasan dlm rumah tangga baik secara fisik maupun tutur kata.
Seumur-umur saya belum pernah melihat ayah dan ibuku bertengkar dengan kata-kata maupun secara kekerasan fisik.
Face ayah adalah senantiasa dihiasi senyum manis dan tutur kata yang santun.
Ayahku pandai menulis dan membaca huruf arab gundul, tulisan huruf Jawa serta menulis alus. Beliau suka menulis hal-hal yang dinilai penting seperti doa, serta setiap kelahiran anak-anaknya dicatat secara tertib mulai nama, tempat tanggal lahir, jam, hari lengkap dengan pasaran (weton) serta tahun hijrah. Disamping ditulis di notes juga di duplikasi di belakang gebyog penyekat ruangan.
Hampir semua jenis pekerjaan dirumah bisa beliau handel seperti servis sepeda onthel, memasang doran pacul, membuat suh sapu, membetulkan genteng,bahkan mencukur rambut ketika kami kecil.
Dalam rangka menyenangkan hati dan membuka wawasan ayah sering mengajak saya pergi melihat pasar malam di kota Klaten, melihat Sekaten dan tempat bersejarah di Jogjakarta naik sepeda angin, dan ke Semarang naik sepur. Dan demi masa depanku beliau mendorong saya sekolah keluar daerah setelah lulus SMPN Kemalang, yakni ke Ungaran Kabupaten Semarang.
Agar tahu bagaimana bertani saya juga sering diajak kesawah ikut mencangkul, merawat tanaman, memanen hasil, nurut banyu irigasi malam hari, serta membawa pulang hasil pertanian dengan cara nyunggi.
Kendati ayah tidak suka menjadi PNS, namun era tahun 1960 an menjadi pegawai pemerintah rasanya masih menjadi idola dan kebanggaan tersendiri, sehingga dengan menyekolahkan anak anak diharapkan kelak bisa bekerja dengan mapan walaupun gajinya kecil. Prestisius dan predikat piyayi adalah nilai seseorang jika bisa menjadi pegawai negeri.
Anak-anak digadang gadang setelah tamat sekolah bisa mendapatkan pekerjaan yang mapan utamanya PNS.
Ayahku adalah figur teladan yang tiada duanya, selalu mendoakan dan mendorong saya untuk maju dan sukses.
Ketuntasan urusan beliau sebelum wafat telah secara arif dan bijaksana serta demokratis menghibahkan harta bendanya kepada anak-anaknya tanpa ada masalah.
Alhamdulillah ketika beliau dipanggil menghadap Rabb nya anak-anak telah mapan semuanya.
Diusia 85 tahun tepatnya Ahad Pahing tanggal 17 November 2002 ditengah bulan suci ramadhan pukul 02:05 menit dinihari beliau wafat setelah sakit tua dengan tenang dan tetap ada senyuman dibibirnya.
Subhanalloh alhamdulillah, allahuakbar.
Kami semua sedih dan berduka, namun harus ikhlas menerima kenyataan, atas musibah ini kami berucap innalillahi wa Inna illaihi roji'un semoga almarhum diampuni segala dosa dan kesalahannya dan husnul khatimah.
Terima kasih ayah, engkau telah mengajarkan banyak hal positif dan bermanfaat bagi kami
Maafkan kami, dan selamat jalan
Damailah ayahku disisi Allah SWT
Aamiin YRA.
Kadilajo, 17 November 2019
(haul ke 17 wafatnya ayahku 17-11-2002/17-11-2019)
By @kiss
SK Pegawai Negeri Ayahku |
Tahun 1946 tepatnya tanggal 20 November dengan nomer SK As. 590 ayahku diangkat menjadi pegawai negeri sipil di kementerian Pekerjaan Umum dengan jabatan mandor pembantu pengairan di Kali Woro dengan gaji pokok Rp 10,00
Ayahku adalah sosok yang rendah hati, jujur ,pekerja keras ,namun tidak ambisius jabatan.
Dibuktikan setelah sekitar 3 tahun menjadi PNS ayah tidak betah akhirnya resign alias keluar.
Saya pernah bertanya kenapa ayah keluar dari PNS, sementara saat itu jarang orang yang bisa sekolah formal hingga lulus ujian memiliki ijazah dan bisa diterima jadi PNS.
Ayahku lulus SR diterima jadi PNS pusat ternyata jawabnya, " saya tidak suka di reh ( diperintah), ingin mandiri.." katanya padaku diamini ibuku.
Bahkan kemudian ijazah SR ayahku direlakan untuk dipinjam saudaranya guna melamar pekerjaan.
Sehingga ijazah itu tidak dikembalikan lagi pada ayah.
Ayah ibuku mengajarkan anak-anaknya jujur, sederhana , mandiri dan senantiasa berilmu dengan cara menyekolahkan pada lembaga pendidikan formal.
Setelah keluar dari PNS ayahku, juga pernah diminta jadi carik desa karena nenek moyangnya Lurah yang era itu masih kental sistem kekerabatan namun ayahku tetap kukuh pada prinsipnya tidak mau di reh.
Akhirnya lebih memilih menjadi petani yang mandiri, menggarap lahan sawah pemberian orang tuanya sebanyak dua patok dengan luas sekitar setengah hektare.
Ibuku berdagang pakaian di pasar Kembang (Pahing) dan di pasar Surowono, Tangkil setiap pasaran pon dan kliwon. Kalau kulakan ibuku ke pasar Beringharjo Jogja dan pasar Klewer Solo dengan naik bus umum saya sering diajak serta.
Dari hasil bertani dan berdagang itulah orang tuaku bersemangat dan kerja keras agar anak anaknya tidak ketinggalan dalam pendidikan di sekolah.
Ayahku suka bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja ikhlas dan bekerja tuntas agar diperoleh hasil yang optimal dan berkah.
Ibadahnya tekun sangat jarang meninggalkan sholat lima waktu dan sering sholat berjamaah dengan isteri serta anak-anaknya beliau jadi imam bertempat di ruang pesholatan keluarga.
Maklum era 1960 an belum ada masjid disekitar tempat tinggal kami.
Suara rendah dan halus serasa menyejukkan saat jadi imam itulah salah satu hal yang tidak akan pernah aku lupakan hingga kini.
Beliau sangat demokratis, bukan tipe otoriter sebagai kepala keluarga, segala sesuatu perlu dimusyawarahkan untuk mencari solusi terbaiknya.
Rajin, teliti, tertib dan serba bisa adalah sosok ayahku yang sangat dekat dan sayang pada anak anaknya menurut perasaan beliau paling dekat denganku. Barangkali karena weton kami sama yakni Senin Legi nilainya 9 konon siapapun yang berweton hari itu mudah bergaul sehingga disayangi teman-temannya.
Yang dinilai unik konon ibunya ayah, ayah, saya dan anak ragil saya berweton sama Soma manis. Waallahu 'alam.
Kendati saya kecil dinilai nakal namun belum pernah sekalipun ayahku menanganiku beliau anti kekerasan dlm rumah tangga baik secara fisik maupun tutur kata.
Seumur-umur saya belum pernah melihat ayah dan ibuku bertengkar dengan kata-kata maupun secara kekerasan fisik.
Face ayah adalah senantiasa dihiasi senyum manis dan tutur kata yang santun.
Ayahku pandai menulis dan membaca huruf arab gundul, tulisan huruf Jawa serta menulis alus. Beliau suka menulis hal-hal yang dinilai penting seperti doa, serta setiap kelahiran anak-anaknya dicatat secara tertib mulai nama, tempat tanggal lahir, jam, hari lengkap dengan pasaran (weton) serta tahun hijrah. Disamping ditulis di notes juga di duplikasi di belakang gebyog penyekat ruangan.
Hampir semua jenis pekerjaan dirumah bisa beliau handel seperti servis sepeda onthel, memasang doran pacul, membuat suh sapu, membetulkan genteng,bahkan mencukur rambut ketika kami kecil.
Saya bersama Ayah ( Smg,1967 ) |
Dalam rangka menyenangkan hati dan membuka wawasan ayah sering mengajak saya pergi melihat pasar malam di kota Klaten, melihat Sekaten dan tempat bersejarah di Jogjakarta naik sepeda angin, dan ke Semarang naik sepur. Dan demi masa depanku beliau mendorong saya sekolah keluar daerah setelah lulus SMPN Kemalang, yakni ke Ungaran Kabupaten Semarang.
Agar tahu bagaimana bertani saya juga sering diajak kesawah ikut mencangkul, merawat tanaman, memanen hasil, nurut banyu irigasi malam hari, serta membawa pulang hasil pertanian dengan cara nyunggi.
Kendati ayah tidak suka menjadi PNS, namun era tahun 1960 an menjadi pegawai pemerintah rasanya masih menjadi idola dan kebanggaan tersendiri, sehingga dengan menyekolahkan anak anak diharapkan kelak bisa bekerja dengan mapan walaupun gajinya kecil. Prestisius dan predikat piyayi adalah nilai seseorang jika bisa menjadi pegawai negeri.
Anak-anak digadang gadang setelah tamat sekolah bisa mendapatkan pekerjaan yang mapan utamanya PNS.
Ayahku adalah figur teladan yang tiada duanya, selalu mendoakan dan mendorong saya untuk maju dan sukses.
Ketuntasan urusan beliau sebelum wafat telah secara arif dan bijaksana serta demokratis menghibahkan harta bendanya kepada anak-anaknya tanpa ada masalah.
Alhamdulillah ketika beliau dipanggil menghadap Rabb nya anak-anak telah mapan semuanya.
Diusia 85 tahun tepatnya Ahad Pahing tanggal 17 November 2002 ditengah bulan suci ramadhan pukul 02:05 menit dinihari beliau wafat setelah sakit tua dengan tenang dan tetap ada senyuman dibibirnya.
Subhanalloh alhamdulillah, allahuakbar.
Kami semua sedih dan berduka, namun harus ikhlas menerima kenyataan, atas musibah ini kami berucap innalillahi wa Inna illaihi roji'un semoga almarhum diampuni segala dosa dan kesalahannya dan husnul khatimah.
Terima kasih ayah, engkau telah mengajarkan banyak hal positif dan bermanfaat bagi kami
Maafkan kami, dan selamat jalan
Damailah ayahku disisi Allah SWT
Aamiin YRA.
Kadilajo, 17 November 2019
(haul ke 17 wafatnya ayahku 17-11-2002/17-11-2019)
By @kiss
Tidak ada komentar:
Posting Komentar